22 (Kamu Yang Telah Berpaling)

lelaki-breakpos.com

Ulang Tahun. Sebenernya gue gak tau ulang tahun itu seperti apa, karena gue sendiri belum pernah nikmatin yang namanya kue ulang tahun ataupun diberi kado spesial dari seseorang. Katanya semua itu hanyalah sebuah simbol dari acara seremonial yaitu pesta ulang tahun yang biasa diadakan ketika kita bertambah tua atau bertambah umur. Jujur saja gue gak pernah mengadakan acara seperti itu, makanya gue bilang gak tau apa itu ulang tahun karena gak pernah nyicipin kue ulang tahun atau dapet kado spesial dari seseorang. Di sini gue gak akan banyak bercerita tentang bertambahnya umur gue. Tetapi di sini gue akan bercerita tentang kado spesial dari Tuhan yang telah mempertemukan dan memperkenalkan gue pada seseorang.

Bzzztttt” hape berdering.

“Halo, iya pap, ada apa nelpon?”

“Assalamualaikum!”

“Iya pap” jawab gue

“Klo ada yang nelpon, siapapun itu harus diawali salam dong!” nada keras dari ayah ketika gue lupa menjawab salam.

“Wa’alaikum salam”

“Nah, gitu dong sebagai seorang muslim harus menjawab salam.” jawab papahku

“hehehe, iya maaf lupa pap. Iya jadi gimana udah ditransfer?” tanya gue

“bukan masalah udah atau belumnya, tapi ini loh redaksi kamu mengajukan permintaan dananya yang jadi masalah. Masa penulis gitu-gitu aja kata-katanya buat minta dana” jelas dia

“kan biasanya juga gitu” jelas gue

“Jangan dibiasakan, lagian kamu ini kan calon penulis hebat, pernah juara cerpen kan, seenggaknya kalo pas minta duit mingguan harus beda dong tiap minggunya” kata papah gue

“tapi kan Rama cuma pernah menang sekali aja, dan itu pun cuma tingkat jurusan” gue menjelaskan kepada papah bahwa cuma pernah sekali mengikuti lomba dan hasilnya juara harapan.

“ya walaupun begitu harus disyukuri saja, mungkin Allah ingin nunjukkin ke kamu kalo jalanmu masih jauh dan kamu bisa lebih berusaha lagi dengan apa yang ingin kamu capai….” ceramah dari papah gue yang sangat panjang dan lelah mendengarkannya walaupun inti ucapannya sudah sering diulang-ulang.

“ya sudah, pokoknya intinya begitu ya, jaga kesehatan kamu, jangan sering begadang. Setelah telepon ini ditutup tunggu 10 menit nanti ada sms kalo sudah ditranfer.” Lanjutnya

“oke siap, makasih pap doa dan motivasinya, dan satu lagi tambahin yah buat traktiran ultah Rama, kan bentar lagi Rama bertambah umurnya, ya sekalian aja gitu ngirimnya” jawab gue

“oh begitu, ya sudah tunggu sebentar yah, papap mau rapat dulu. By the way Selamat Ulang Tahun” Ucap papah dan langsung terhenti telponan antara kita.

10 hingga 30 menit gue tetep nunggu sms banking pertanda kalo papah sudah ngirim duit. Lalu 1 jam kemudian “pop” suara sms masuk. Sebuah harapan yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya berubah menjadi sirna setelah gue cek hape dan ternyata sms dari operator yang menawarkan promo kuota.

“FUU……Aaahhh!!!”

“Sabar Rama sabar, lu harus kuat menhadapi cobaan kelaparan ini” bergumam sendiri dipojokan kosan sambil menahan perut yang sudah seperti kipas ilir. Sangatlah tipis

“pop” suara sms masuk lagi

Gue cek lagi hape, dan akhirnya harapan gue tidak sirna lagi. Papahku sudah transfer duit mingguan plus tambahan buat traktiran yang tadi gue ceritain. Tiba-tiba bergetar kembali. Sebuah chattingan masuk dari seorang cewe bernama Vania.

***

Dua jam berlalu. Badan gue terasa sangat segar dari rasa kantuk hasil begadang tadi malam. Semalam gue gak bisa tidur, gara-gara masih kepikiran kenapa gue lebih memilih pilhan itu. Pilihan yang menyudahkan hubungan gue dengan Vania. Tapi, gue tidak menyesali atas keputusan itu. Keputusan itupun gue sudah pikirkan matang-matang selama berminggu-minggu lamanya dengan rasa sakit yang terasa jika teringat pengalaman pahit tersebut. Gue bukanlah laki-laki brengsek yang ketika sudah terasa bosan dalam menjalin hubungan akan langsung menghilang ataupun pergi. Ada beberapa gue melakukan hal itu ke dia. Chat tadi dari dia pun gue belum membalasnya.

tok-tok-tok” suara orang mengetuk pintu kamar kos gue.

“Ram…Rama…”

“yoo!!” jawab gue ke teman kosan yang kamarnya persis disamping gue.

Lalu dia langsung membuka pintu kamar gue.

“eh elu udah pulang gus, bawa apaan tuh?” tanya gue ke Agus

“ini biasa, gue bawain makanan kesukaan elu. Kentang musthofa bikinan calon istriku, Chintya” jelas dia

“gak juga sih, cuma doyan aja hehehe”

“alah…Bullshit lu”

“oh iya By The Way denger-denger dari kabar burung, elu udah The End yah sama Vania?” tanya dia

“yaahh…ternyata kabar itu cepat tersebarnya” jawab gue

“sekarang kamu gimana? Maaf gue gak disitu pas elu baru aja putus dari Vania” tanya dia lagi

“hahaha…apaan sih lu” gue tertawa dengan pertanyaan yang dilontarkan dan rasa khawatir dari teman yang telah kukenal selama 4 tahun ini. Dia adalah teman yang memang sering gue jadikan tempat buat curhat. Semua masalah yang gue laluin dan ketika ingin bercerita dialah orang yang pertama ingin gue temuin. Lalu gue menceritakan semuanya dari awal gue marahan dengan Vania, kenapa gue putus dengan dia dan rasa sakit hati gue ke dia. Gue menjelaskan semuanya secara jelas hingga waktupun terlewat dengan sanagat cepat dan haripun sudah sore saja.

“right now, i’m reallly, really, really fine. Gue sudah tegar dan udah gak ada rasa lagi ke dia”

“okey if you say so. Gue ngerti dengan pilihan elu setelah gue denger permasalahan di balik elu putus dengan dia” jelas Agus

“tapi ada satu masalah lagi yang muncul”

“apaan emang?” tanya Agus

“tadi sebelum kamu dateng, dia ngechat ke gue buat ngajakin ketemuan besok dan sampai saat ini gue belum bales chat itu” jawab gue

“tunggu dulu. Dia ngajak ketemuan sama elu setelah semua itu terjadi. Apa dia gak punya kemaluan apa?”

“kemaluan? Malu maksudnya”

“eh iya maksud gue itu” jelas Agus dengan membenarkan perkataan dia

“gue juga bingung maksudnya apa dia ngajakin gue ketemuan” jawab gue

“menurut gue mungkin dia ingin menjelaskan sesuatu ke elu kayaknya tapi gak tau juga niatan dia gimana” jelas Agus

“menjelaskan apa lagi bukannya sudah jelas kita berdua sudah gak ada hubungan lagi” jelas gue dengan emosi yang sudah tidak terkontrol.

“ciyee..kita berdua hahaha” canda Agus agar gue bisa tenang kembali

“ya gue sendiri gak tau gimana maksudnya dia. Saran dari gue sih mending elu temuin dia besok ikutin maunya dia apa, tapi elu pikir-pikir aja dulu klo emang mau ketemuan” lanjut Agus dengan menepuk pundak gue dan langsung pergi ke kamarnya.

Lalu gue berpikir dari saran yang diberikan Agus untuk menemui dia. Setelah berpikir dengan matang gue memilih untuk ketemuan dengan Vania. Lalu gue membalas chat dari dia klo gue setuju buat ketemuan dengan dia. Setelah gue membalas chat Vania dia langsung merespoonnya dan memberikan nama cafe yang dijadikan tempat buat ketemuan.

***

Keesokan harinya, gue datang dengan kepecayaan diri sangat tinggi klo ini gak ada terjadi apa-apa dan gue gak akan balik lagi ke dia. Gue dateng lebih awal, sengaja biar gue bisa mempersiapkan diri  lebih matang lagi karena gue sudah berlatih di depan kaca buat ngasah kata-kata gue. Takutnya gue salah ngomong ke dia karena gue gugup. Jujur saja selama 1 tahun pacaran dengan dia, gue selalu gugup kalo ngobrol dengan dia.

Lalu gue milih tempat duduk, gak lama setelah itu, dia datang. Gue melambaikan tangan, nandain kalo tempatnya di situ. Tapi setelah dipikir-pikir, kenapa gue ngelakuin itu? Padahal biarkan saja dia nyari sampe capek. Gue menyesalkan atas apa yang gue lakuin tadi

Dia pun duduk di depan gue. Kita saling bertatap muka saat itu, tanpa suara dari keduanya, gue maupun dia. Lalu dia mengeluarkan hapenya dari tas dan membalas chat yang mungkin itu dari gebetan barunya. Lalu dia membuka mulutnya dan berkata “hai” satu kata dari dia untuk memulai pembicaraan.

“hai” jawab gue

“apa kabar kamu? Sekarang rada gemukan” kata dia

“baru ketemu juga udah ngehina yah. Gue baik-baik saja” jawab gue

“mungkin kita langsung saja ke pembahasan karena aku sedikit sibuk mau mempersiapkan pesta ulang tahunku besok. Sebenarnya apa mau kamu ketemu sama aku” lanjut gue

“okey kalo itu mau kamu. Aku cuma minta penjelasan dari kamu kenapa putusin aku yang belum kamu jelasin dari dulu”

“loh..bukannya sudah jelas kenapa aku mutusin kamu. Semuanya jawaban itu sudah kamu lakuin sekarang” jelas gue

“maksudnya?” tanya Vania

“iya kan kamu berkhianat dari aku alias main dibelakangku” jawab gue

“aku sudah jelasin ke kamu kan kalo aku sama dia gak ada apa-apa” jelas Vania

“hahaha mana ada kalo yang dinamakan gak ada apa-apa itu berfoto dengan mesranya dan buktinya sekarang kamu pacaran dengan dia kan?”

“kamu tau dari mana aku pacaran sama dia?” tanya Vania

“gak penting dari mananya, yang penting sekarang adalah gue mau pergi karena udah buang-buang waktu ketemu kamu untuk membahas masalah yang sudah jelas jawaban dari masalah itu.” jawab gue

Gue langsung berdiri dari kursi, tapi dia langsung memegang tangan gue dan berkata “tunggu! aku belum selesai ngomong.”

“duduk dulu, masih ada yang ingin aku tanyakan.” lanjut Vania

“satu pertanyaan lagi, kenapa kamu menghilang ketika aku lagi sayang-sayangnya ke kamu?” tanya vania

“APA?… gak salah denger nih” jawab gue

“iya itu yang aku ingin tanyakan ke kamu. Kenapa kamu gak merhatiin aku lagi waktu itu?”

“kamu tau sendiri seperti apa pekerjaanku ini yang bisa berjam-jam dan jika belum selesai aku harus lembur. Kamu pun sudah tau aku melakukan itu agar aku bisa fokus dalam pekerjaanku. Sebenarnya seharusnya aku yang menanyakan hal itu ke kamu. Aku banting tulang bekerja agar bisa mewujudkan janji-janji kita berdua, mimpi-mimpi kita, tetapi yang kudapat dari kamu hanyalah sebuah pengkhianatan. Aku sangatlah kecewa denganmu ketika itu” jelas gue

Setelah menjelaskan semuanya kenapa gue meninggalkan dia, lalu gue pergi dengan menahan tangis karena teringat luka lama yang telah terbuka kembali. Gue pulang ke kosan, sesampai disana gue mengurung diri di sana selama beberapa hari.

***

Setelah semua kejadian tersebut gue gak pernah dapet kabar dari dia ataupun chat dari dia. Gue sudah melupakan semua yang terjadi dan pembicaraan ketika bertemu yang terakhir kalinya dengan dia yang telah membuka luka lama gue. Tetapi ada sesuatu yang membuat diri gue penasaran dan masih terpikir kan sampai sekarang. Dia datang membawa tas dan di dalamnya terdapat sebuah kotak berwarna pink dengan pita diatasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.