PSI Tolak Poligami, Saya Lebih Ekstrim, Tolak Pernikahan!

101

“dalam hati aku berkata, ‘wah gila nih orang nyari gara-gara, pake acara nolak pernikahan lagih’. mungkin itu bentuk kefrustasian seorang jomblo”

Pernyataan teman saya tentang penolakan ekstirimnya terhadap pernikahan, benar- benar lebih gila dari penolakan PSI yang sekedar tolakpoligami. Itu mungkin disebabkan oleh kejombloannya yang sudah akut dan menahun. Sehingga dia frustasi jika bicara tentang menjalin hubungan dengan lawan jenis, apalagi soal pernikahan. Ini lagi PSI, malah bikin dia semakin tersinggung dengan menyatakan penolakan terhadap praktik poligami. Hal ini didasari karena dia pernah bilang kalo teman saya ini bercita-cita punya istri pertama yang lokal istri kedua yang bule, alias poligami itu. Tapi sayang, nasib berkata lain, jomlo menahun sudah jadi takdirnya mungkin.

Tapi ngomong-ngomong, pernyataan gila temanku ini berdasarloh. Bahkan lebih akurat dan bukan sekedar wacana seperti yang dilayangkan oleh elit Partai Solidaritas Indonesia tersebut (menurutku). Jika Saya baca dibeberapa meda online seperti tribunnews.com, Dara Adinda Nasution selaku Humas PSI mengatakan bahwa Poligami itu memperdaya perempuan, bukannya memberdayakan. Kemudia ia mengaitkannnya pada sektor ekonomi, bahwa banyak perempuan setelah menikah dan punya anak, berhenti dari pekerjaannya. Karena lemah dari sisi kemandirian secara ekomoni, lalu ia akan mudah dipaksa untuk menuruti suami yang mau poligami. Karena jika cerai, dia tidak punya uang untuk bertahan sendirian.

Menurut teman saya, hal tersebut terlalu dangkal untuk dijadikan alasan penolakan pada sebuah praktik poligami yang punya kesakralan sendiri dalam agama. Pandangan Dara terlalu mengkonversi manusia dalam bentuk material saja, padahal tidak sesederhana itu. Ditambah menurutnya, Humas PSI itu juga tidak menyuguhkan data real tentang rumah tangga yang melakukan praktik poligami. apakah keluarga tersebut bahagia, aman sentosa, atau hancur awut-awutan. Nah ini penting sekali padahal, dari hanya sekedar menolak tapi tidak menyuguhkan data lapangan yang sebenarnya.

Temanku melanjutkan. Menurutnya, jangankan menolak poligami, menolak pernikahan yang biasa saja akan dia lakukan jika ternyata isi pernikahan banyak kedzalimannya. PSI harus menyadari bahwa poligami ini juga disentuh oleh dimensi agama. Sebelum melakukan penolakan alangkah baiknya PSI juga mengkaji terlebih dahulu dari banyak sumber, agar ketika menyatakan menolak, PSI memiliki argumentasi  yang kokoh dari berbagai lini, termasuk dari sudut pandang agama.

Temanku menjelasakan bahwa dalam pandangan Islam yang ia pelajari, hukum awal menikah itu boleh, kemudia bisa menjadi sunnah karena sebab terntentu, kemudian bisa menjadi wajib karena sebab tertentu, dan bahkan bisa menjadi terlarang atau haram juga karena sebab-sebab tertentu. Pun sama hal nya dengan hukum poligami, awalnya boleh, dan bisa jadi terlarang jika ternyata misalnya dalam rumah tangga diantara istri ke satu, kedua, ketiga, danke empat, (buset banyak amat) diperlakukan tidak adil. Antar istri tidak saling ridho, hak-hak istri tidak dipenuhi, merasa didzalimi oleh suami. Maka, poligami semacam itu boleh ditolak oleh PSI. Tapi jika pada praktinya ternyata baik-baik saja, kan konyol jika PSI menolak. Nah oleh sebab itu, mending PSI cari dulu datanya, yang poligami di Indonesia ini banyak bahagianya, atau banyak yang sengsaranya.

Sekarang aku ngerti kenapa temanku itu lebih ekstrim dari sekedar penolakan PSI terhadap poligami. Ternyata temanku itu jomblo karena banyak baca berita-berita politik ketimbang masuk forum-forum biro jodoh wkwkwk. Peace myfriend muah

Nilai kualitas konten