KALEM.ID – “Kau berani menyalahkan Tuhan? Jika Ia bisa benar, maka Ia pun boleh ‘salah’. Tuhan yg selalu merasa benar adalah Tuhan egois. Setuju?”
Dia bilang sendiri, la yukalifullahu nafsan, tidak diberi tanggung jawab oleh Tuhan kepadamu, illa wus’aha, kecuali sesuai kesanggupanmu. Sesuai kapasitasmu, kekuatanmu, kemampuanmu. Bagaimana mengukurnya?_Jon Q_
Kau berani menyalahkan Tuhan? Jika Ia bisa benar, maka Ia pun boleh ‘salah’. Tuhan yg selalu merasa benar adalah Tuhan egois. Setuju?
Dia berkata, “Limataquwluna ma la taf’alun,” kau tak boleh mengatakan apa yg tidak engkau kerjakan.
Dia egois. Ini cerita tentang si Jon yg ‘dikerjai’ Tuhannya, long time ago. Kita awali dari kisah klasik saat si Jon masih kuliah.
Saat kuliah, si Jon dibenci beberapa kawan kelasnya karena organisasi yg mereka ikuti bersama. Jon tipe penyesat, dia pendiam, tapi mungkin karena sihirnya, orang-orang lebih senang padanya daripada kawan-kawannya itu. Kisahnya begini, satu pagi penghuni kost temannya itu kehilangan handphone. Hampir semua orang. Karena si Jon bertampang dukun, meski mereka benci, dengan terpaksa mereka meneleponnya.
“Jon, bisa ke basecamp kami gak?”
“Ada apa ya?” jawab Jon.
“Handphone kita hilang Jon. Lu bisa ‘lihat’ siapa yg ambil gak?”
Gedubrak!
Si Jon depresi. Mau menolong, bagaimana caranya? Tak menolong, ia tak tega. Akhirnya si Jon, sesuai dengan keahliannya, mengarang, dia menyuruh mereka sholat dan dzikir tertentu. Dan benar, orang yg dicurigai esoknya datang ke tempat mereka. Entah bagaimana akhirnya.
“Kok bisa ya?” si Jon bingung.
Ada adik kelas di kota kuliahnya yg sore-sore meneleponnya.
“Akang dimana?” tanya dia.
“Di kampung,” jawab Jon.
“Yah… Sudah pulang ya?”
“Iya. Ada apa ya?”
“Gini kang, dompet saya hilang pas naik motor. Akang bisa gak bantu saya biar dompetnya balik lagi? Ada STNK punya kakak kang…”
Si Jon stress berat. Jarak mereka terpaut 200 km. Detektive terhebat pun akan gila dimintai tolong beginian.
“Kamu sudah sholat ashar?” tanya Jon, sok tenang. Padahal sih depresi tingkat sakaw.
“Belum kang,”
“Ya sana sholat dulu. Nanti pas sujud doa minta dompetnya dibalikin,” Jon ngarang.
Esoknya dia telepon, ada yg mengantar dompetnya ke rumah, lengkap dengan semua isinya.
“Alhamdulillah..” kata Jon saat di telepon. Di hatinya ia keder, “Maksud-Mu apa sih, Tuhan?” sambil menerawang ke langit.
Ada siswa yg telepon sore-sore, mereka sedang di wisata pemandian air panas kaki gunung kotanya.
“Pa Jon, ini Fulanah. Bisa tolong kita gak pa…?” katanya memelas di telepon.
“Tolong apa tuh?” Jon gak ngeh.
“Kunci motor kita hilang pa. Dicari kemana-mana gak ada…?”
Kampret benar Tuhan gue. Jon menggumam.
“Kalian kesana jam berapa?” tanya Jon.
“Jam 2 pa,”
“Emm.. Belum sholat ashar yak?” saat itu sekitar jam 5.
“Iya pa,”
“Cari mushola, sholat ashar dulu,”
Sekitar 10 menit, mereka telepon lagi.
“Alhamdulillah pa, kuncinya ketemu,” katanya senang sekali.
“Alhamdulillah… Ketemu dimana?”
“Dompet pa,”
Bhahahaha!
“Pa Jon bisa bantu saya?” siswa Jon yg lain.
“Bantu apa?”
“Keponakan saya gak mau nenen pa, sudah 2 hari,”
“Kamu dimana, pa guru kesitu?”
“Indramayu pa,”
Gedubrak!
Si Jon di Tegal, masih jomblo, boro-boro anak, nikah saja belum, diminta mengobati bayi yg tak mau nenen. Kampret benar candaan Tuhan.
Fa-altuhu an-amriy. Ada orang-orang yg ia jujur apa yg bisa ia lakukan dan apa yg tidak. Dan ia diuji oleh Tuhannya untuk melakukan apa yg ia tak mampu melakukannya. Kebanyakan orang gagal, ia merasa apa yg ia lakukan adalah usahanya sendiri. Sedangkan, la idztakholta jannataka qulta masya Allah, ketika kau mendapatkan kemudahan, katakanlah, masya Allah. Ini karena kehendak Tuhan, bukan aku.
“Kau mengerjaiku, Tuhan?” Jon protes. “Kau tahu aku lemah dan tak akan berkurang cintaku pada-Mu, maka kau melakukan itu padaku,”
“Mengapa kau berburuk sangka pada-Ku?” jawab Tuhannya. “Tidakkah kau tahu, apa yg kau ketahui menjadi urusanmu, dan apa yg tak kau ketahui menjadi urusan-Ku?”
Jon pun menangis.