Apa itu Dunning-Krueger Effect? kamu pernah melihat seseorang yang sebetulnya inkompeten tetapi punya rasa percaya diri yang sangat super. Atau melihat seseorang yang tidak punya pengetahuan tentang suatu hal, tapi bicara paling vokal dan berani tentang hal tersebut? kita pasti kenal seseorang seperti itu di lingkaran pergaulan kita, dan kita juga sepakat bahwa orang-orang semacam ini menyebalkan. Perilaku semacam ini dikenal dengan sebutan Dunning-Krueger Effect.
Dunning-Krueger Effect sederhananya adalah kondisi psikologis seseorang di mana mereka mengalami semacam ilusi bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ego yang menutupi pengetahuan tentang dirinya sendiri, dan secara tidak sadar ia merasa bisa menang dari siapa saja.
Kedua, seseorang justru cenderung tidak punya gambaran yang utuh tentang dirinya dan hanya orang lain yang bisa melihat itu. Ketiga, seseorang tahu bahwa ia punya kekurangan, tetapi karena pengalaman yang kurang, ia jadi tidak pernah melihat batas-batas kekurangan tersebut. Kenyataannya kita tidak pernah begitu baik dalam mengevaluasi diri kita, akibatnya kita malah sering kali melebih-lebihkan kemampuan kita, inilah yang dimaksud dengan Dunning-Krueger Effect.
Sehingga, orang dengan Dunning-Krueger Effect sering kali menggurui. Bahkan terkadang ketika kita punya pengalaman lebih banyak soal perkara tersebut, mereka gengsi mengakui dan berpikir bahwa merekalah ahlinya. Sayangnya, hampir kita semua adalah manusia seperti itu di beberapa waktu, terutama di media sosial.
Saya pernah merasa punya kepercayaan diri dalam bidang olahraga, dan saya merasa cukup atletis dan bisa beradaptasi dengan olahraga apa saja. Maka ketika seorang kawan mengajak saya untuk main tenis meja, saya merasa sudah jago dan bisa membuat orang terkaget-kaget dengan kemampuan saya. Yang terjadi memang demikian, mereka terkaget-kaget dengan betapa buruknya saya main ping pong.
Beberapa kali pukulan yang loss atau menyangkut di net membuat saya terlihat bodoh sekali, sejak hari itu saya menyadari bahwa saya tidak jago main ping pong. Untunglah itu cuma main tenis meja, coba kalau urusannya lebih penting, seperti mengurus negara atau memimpin manusia, habislah sudah.
Hipotesa Dunning-Krueger Effect pertama kali diteliti di dua perusahaan komputer, setiap programmer diminta untuk meranking karyawan dari yang terbaik sampai terburuk. Hasilnya, 32% programmer di perusahaan 1 dan 42% di perusahaan 2 meranking diri mereka dalam lima besar. Sebuah otokritik yang menyenangkan saya rasa.
Dalam penelitian itu, Dunning-Krueger juga menyimpulkan, bahwa biasanya orang yang justru paling tidak kompeten adalah orang yang senang melebih-lebihkan kemampuannya dengan cara paling lebay.
Menariknya, orang yang tidak kompeten dalam suatu hal umumnya melakukan dua hal buruk, yaitu: membuat pilihan yang salah, dan tidak tahu apa kesalahannya. Intinya, orang yang tidak paham terhadap sesuatu sebetulnya tidak tahu dan tidak tahu bahwa mereka itu tidak tahu.
Efek sebaliknya dari Dunning-Krueger Effect ini juga sangat inheren, yaitu, orang yang kompeten dan paham tentang sesuatu biasanya tidak begitu percaya diri. Mereka ini lebih sering merasa ragu dan kurang tahu, serta lebih mau mendengar orang lain. Karena mungkin mereka merasa bahwa apa yang mereka pahami adalah hal yang biasa, yang juga dipahami oleh semua orang.
Kita pasti punya orang seperti itu di lingkungan pergaulan kita, dan kita semua sepakat bahwa orang seperti ini cukup menyenangkan.
Jika kamu merasa informasi ini bermanfaat silakan bagikan ke jejaringmu. Sempatkan juga untuk berdonasi jika punya rezeki lebih agar kami bisa terus memberikan informasi menarik lainnya.