3 Faktor Penentu As Roma Ketika Permalukan Barca di Stadion Olimpiade Roma

11

KALEM.ID – “Romanisti patut berbangga melihat performa As Roma ketika membantai habis Barcelona.

As Roma memastikan lolos ke babak semi final setelah berhasil mengalahkan Barcelona pada leg kedua fase perempat final Liga Champions, Rabu (11/4) dini hari. Keunggulan agregat satu gol tandang cukup membuat Tim asuhan Eusebio Di Francesco berpuas diri.

Lolosnya As Roma ke semi final merupakan nostalgia keberhasilan bagi Srigala Italia. Pasalnya, prestasi sejauh ini pernah mereka capai pada 1983/1984 ketika kompetisi masih bernama Kejuaraan Klub Eropa atau European Champions Clubs Cup, dimana saat itu Il Lupi berhasil keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan Dundee United, dan melaju ke partai final bersama Liverpool. Namun sayang, As Roma harus mengakui keunggulan Liverpool setelah kalah adu penalti dengan skor 2-4.

Bertahun-tahun sudah As Roma sabar menunggu atmosfer semi final Liga Champions, dan kesabaran itu  terbayar di stadion Olimpiade Roma. Romanisti patut berbangga melihat performa As Roma ketika membantai habis Barcelona.

Semua orang tau, mengalahkan Barcelona bukanlah hal mudah, tapi Roma sukses melakukannya karena beberapa hal. Berikut adalah analisis penting dari tragedi comeback Roma di Italia.

1) Roma bukan hanya bermain menyerang

As Roma mencoba mewujudkan perkataan Difra bahwa masih ada kemungkinan anak asuhnya bisa lolos ke babak semi final. Maka dari itulah, mereka bukan hanya dituntut untuk bermain menyerang, melainkan bermain sangat menyerang. Terbukti, pola permainan Roma kemarin membuahkan gol ketika laga baru berjalan enam menit, mantan penyerang Manchester City, Edin Dzeko yang berhasil memanfaatkan umpan lambung De Rossi dengan sukses bisa menceploskan bola ke gawang Ter Stegen.

Dengan tampil sangat agresif, As Roma bahkan sampai mampu menghilangkan ciri khas permainan Barcelona, ya, dominasi dan kreatifitas serangan. Penampilan Barcelona benar-benar dibuat tak berkembang setelah gol pertama tercipta.

2) Kematangan bermain yang stabil

Sadar masih tertinggal dua gol dari segi agregat, As Roma makin menggila di babak kedua. Barcelona dibuat kikuk atas permainan menyerang Dzeko dkk. Ditambah, respon buruk Barcelona atas ketertinggalan mereka membuat para penggawa Roma semakin menjadi.

Inilah keberhasilan Difra mendapatkan momen, ketika Barcelona sudah tak bisa merespon keadaan dengan baik, maka cara terbaik memanfaatkannya adalah tidak mengendurkan serangan. Jika di babak pertama Roma bermain bagus, di babak kedua Roma bermain %$#+!/@!*©£^&°¥ (tak bisa diungkapkan saking bagusnya). Terbukti, gol kedua Roma tercipta setelah Pique melanggar Dzeko di dalam kotak penalti, karena Si Srigala terus masuk ke jantung pertahanan Blaugrana. Eksekusi yang diambil De Rossi sukses berbuah gol.

Barcelona panik, agregat jadi 3-4

3) Faktor Romanisti

Supporter As Roma pada saat melawan Barcelona tak bisa dibilang hanya sebagai pemain ke 12, tapi lebih tepat telah menjadi dopping untuk para pemain Roma. Sehingga, boleh dibilang secara fisik Roma bermain dengan 11 pemain, namun secara mental pertandingan malam itu antara 11 pemain Barcelona melawan 22 pemain Roma.

Sungguh sebuah laga yang sangat fantastis memang, 29 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi fans Roma menunggu tim kebanggaannya masuk ke semi final. Kerinduan menantikan momen ini, pada laga kemarin berhasil menumpahkan energi-energi batin dari tiap sudut tribun menuju ke atas lapangan hijau. Wajar saja, atmosfer seperti itu membuat tim asuhan Valverde menjadi gemetar sehingga setiap upaya serangannya dapat dengan mudah dipatahkan.

Perbedaan antara atmosfer di Camp Nou dan di Olimpiade Roma adalah ketika para Culers (supporter Barcelona) tak punya energi seperti Romanisti, mereka para Culers sudah sering menyaksikan Blaugrana sampai ke semi final bahkan pernah melihat dengan mata mereka sendiri tim kebanggannya mengangkat trofi tinggi-tinggi. Jadi, logis jika Roma tampil bak monster sedangkan Barcelona seperti minion kecil yang kesepian.

Demikian analisis kemenangan As Roma atas Barcelona, mengutip perkataan salah satu fans Roma Indonesia bahwa Roma tak menang karena keajaiban, tapi Roma menang karena kerja keras. Tetap semangat dan terus bekerja keras, kalau Roma aja bisa balikin keadaan masa kalian gak bisa balikan sama mantan?

Nilai kualitas konten