Banser Jadi Pemarah! Mana Islam Ramahnya?

kalemkeun bosque, kita beda dengan supporter bola barbar yang jarang ngaji, kita ini supporter bola yang masih sering ngaji. meski masih barbar, tapi jangan sampai tertangkap kamera!

Senada dengan Kang Emil (gubernur Jawa Barat) yang menyayangkan sikap oknum Banser yang membakar bendera yang terdapat tulisan Lailahaillahnya. Hal tersebut mungkin bisa dijelaskan dengan beragam alasan, tapi tetap saja gimik oknum Banser dalam video dan objek yang dibakarnya berupa bendera yang bertuliskan kalimat tauhid tersebut bisa memicu gelombang penolakan. Yang pada akhirnya bisa merugikan Banser sendiri. 

Meski Gus Yaqut sudah mengklarifikasi bahwa yang di bakar adalah bendera HTI, tetap saja yang akan tersorot adalah pembakaran kalimat Tauhidnya. Hal semacam ini, seperti menunjukan bahwa hari ini Banser belum dewasa. Seperti yang saya kutip perkataan Cak Anam (mantann ketua Ansor Jatim) dari duta.co “Banser jangan menjadi jangkrik, warga NU tidak boleh menjadi jangkrik yang mudah diadu domba oleh kepentingan orang lain. Pembakaran kalimat tauhid, apa pun alasannya, ini sangat berbahaya. Ini menandakan ‘rendahnya’ kelas kita,”

Saya pribadi ketika masih kuliah di Bandung tahun 2010-2015 sering berhadapan dengan kader-kader HTI yang militan. Meski Ideologi mereka bertentangan dengan pemikiran saya, tidak lantas saya langsung menggerakan masa untuk membubarkan pengajiannya atau menolak tokohnya. Tapi saya dan beberapa teman Nahdiyin lainnya malah mendatangi pengajian-pengajiannya untuk berdiskusi dan berdebat tentang cara pandang mereka soal negara. Bahkan Tak jarang saya yang masih mahasiswa S1 berhadapan dengan Pembicara dari HTI yang sudah jadi dosen dan doctor.

Cara-cara dialog,diskusi dan berdepat diforum forum ilmu dan pengajian menurut saya lebih keren dari pada sekedar membubarkan paksa atau menolak tokoh HTI. Menurut saya malah Banser jadi kelihatan ga keren dan reaksioner.


Betul kata cak Anam “ Wahabi itu sudah ada sejak dulu, sejak zaman Mbah Hasyim dan Mbah Wahab. Tirulah cara-cara beliau dalam menghadapi serangan wahabi. Tidak ada pembubaran pengajian, tidak pula menolak tokoh (dai) untuk ceramah. Kiai-kiai NU itu jagonya bahtsul masail, dengan pencerahan (ngaji) umat paham, mana yang harus diikuti,” dikutip dari duta.co

Nah baru saja kita memperingati hari santri 22 oktober 2018, dengan adanya momentum ini dan dengan adanya kejadian pembakaran bendera tersebut seharunya Banser bisa melakukan evaluasi sebaik mungkin dan mengkaji ulang jika ada yang salah dari cara-cara yang dipakai beberapa waktu ini. Mari amalkan apa yang sudah diajarkan Almarhum Gusdur tentang Islam Ramah, dan bukan Islam Marah.

Kita selowin aja, kalo ada orang yang bawa bendera HTI ga usah dibakar, tapi cukup bilang ke orangnya kalo kita pijem benderanya, trus kita lipat benderanya bawa pulang. Saya rasa cara ramah kaya gini bener-bener NU banget, Penuh dengan guyon disituasi sepanas apapun.

seumber : https://duta.co/banser-jangan-jadi-jangkrik-cak-anam-apa-pun-alasannya-ini-sangat-berbahaya/?fbclid=IwAR0VHR9Xg3TJt7Cr6KwANz6-DJTVQ8v1N0wUf6jW7BVCMMVxh5f1BuVza0M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.