Kalau kamu pernah nonton serial Money Heist pasti tahu betapa Rio adalah bucin. Sebetulnya, cinlok dalam serial itu bukan hanya terjadi pada Rio dan Tokyo, tetapi nyatanya tipikal hubungan yang paling unik di antara yang lain ya cuma Rio. Selain unik, bucin memang sedang trend di masa kini. Entah kamu lelaki sekuat apa, kalau sudah si doi ngambek, jadinya lembek juga.
Wajar atau tidak seseorang itu bucin? Wajar saja, tapi dalam pandangan umum kita, menjadi budak cinta adalah sesuatu yang berlebihan. Misal, bila kita melihat teman nongkrong lebih memilih jalan sama pacarnya rasa-rasanya kok lemah banget gitu. Atau yang lebih ekstrim kehidupan seseorang diatur sekali oleh pasangannya dan orang itu bersedia.
Bucinnya kita itu kalau ditilik mirip-mirip seperti praktik kerja Romusha minimal, disuruh ini mau disuruh itu oke. Tetapi bedanya atas dasar cinta meskipun ada sedikit unsur terpaksa. Siapa peduli? Kalau sudah cinta ya bodo amat lah.
Sebetulnya saya hanya akan menyampaikan sebuah praktik per-bucin-an dalam khazanah intelektual Timur Tengah. Cuma, jujur saja supaya tulisannya terlihat lebih panjang kan alangkah baiknya diawali dengan sebuah prolog.
Five four three two one close the dor
Oke, jadi begini. Bucin itu bukan barang baru ya hyung-hyung dan noona-noona sekalian. Hubungan percintaan yang demikian pernah dikisahkan dalam cerita-cerita Laila Majnun. Lebih tepatnya salah satu kisah yang terdapat dalam kumpulan karya sastra terbesar berjudul Seribu Satu Malam. Oleh Nizami Ganjavi, kisah Laila Majnun ditulis kembali dan dipopulerkan pada 1192 jauh sebelum William Shakespeare menulis Romeo-Juliet.
Nah, sedikit saya ceritakan dulu ya, jadi kisah Laila Majnun itu adalah kisah cinta antara Qais dan Laila. Qais adalah nama asli dari Majnun. Qais itu seorang pemuda yang jatuh cinta kepada Laila, saking cintanya bahkan jika hanya melihat kedua mata Laila, Qais bisa kalap pikirannya, alias gila. Nah maka dari itu masyarakat memanggil Qais dengan sebutan baru yaitu Majnun, yang berarti gila.
Tapi, kegilaan Qais ini bersyarat. Bukan gila mutlak dalam pandangan medis. Tapi apa pentingnya bagi Qais, orang-orang boleh memannggilnya apa pun, dan Qais siap menerimanya, hanya satu yang tidak pernah Qais harapkan, kehilangan Laila. Begitulah kira-kira bunyinya
Ada beberapa ulama yang memandang bahwa Laila Majnun bukanlah kisah cinta biasa, jika didalami maknanya ia mengandung nilai spiritualitas, wa bil khusus pada bidang ilmu tasawuf.
Ada banyak ungkapan cinta dari kisah Laila Majnun, tapi kali ini saya hanya akan mengulasnya sebagian. Langsung saja daripada banyak bac
BUCIN PART 1
Suatu ketika Qais kaget, tiba-tiba ada anjing yang asal munculnya dari kampung Laila, sekonyong-konyong anjing itu lewat di depan Qais. Karena rasa kangennya Qais pada Laila, diikutilah olehnya dengan harapan anjing itu bisa mempertemukannya dengan Laila.
Di tengah perjalanan, anjing yang diikutinya itu, memasuki masjid dan lewat di depan orang-orang yang sedang shalat. Qais pun demikian, ia melewati mereka yang sedang berjamaah, tetapi Qais tidak lihat mereka karena sedang konsentrasi mengejar anjingnya.
Singkat cerita, setelah Qais pulang, orang-orang yang tadi shalat berjamaah marah-marah, karena mereka merasa dilecehkan oleh Qais.
“Wahai Qais tadi engkau melewati kami ketika sedang shalat, kenapa tidak ikut shalat dengan kami? Kok kamu tidak lihat kami sedang shalat malah kau lewati begitu saja.”
Jawaban Qais : “Demi Allah saat kalian sedang shalat berjamaah, aku sama sekali tidak melihat kalian. Saat itu hatiku hanya fokus pada anjing dan orang yang aku cintai, Laila.”
Qais melanjutkan, “Bila kalian benar-benar cinta pada Allah sebagaimana aku mencintai Laila, pasti kalian tidak melihat aku. Padahal kalian sedang berbicara dengan Allah tapi kenapa kalian masih bisa memperhatikan diriku.”
Bahkan kepada seekor anjing kalau itu bisa mempertemukannya dengan sesuatu yang dicintai, maka seharusnya fokus, semua yang ada di sekitar terasa hilang kecuali anjing tersebut. Sebab, bukan soal anjingnya, tetapi soal harapan bertemu sesuatu yang dicinta.
Begitu pula dengan ibadah, banyak yang shalat, puasa, zakat dan pergi haji. Tetapi dengan segudang ibadahnya itu masih belum bisa menemukan Allah dalam ibadahnya, sehingga kalau ada orang yang paket hajinya lebih mahal, jengkelnya bukan main. Iri bilang bos
Bentuk cinta Qais itu secara tidak langsung adalah sindiran bagi hubungan manusia dengan Tuhannya.
BUCIN PART 2
Suatu saat Laila mengadakan pesta di rumahnya, semua warga desa diundang. Hanya satu yang tidak diundang yaitu Qais si Majnun. Tetapi karena kecintaannya yang begitu besar dan keinginannya memandang Laila, Qais pun nekat menyusup ke rumah Laila untuk ikutan pesta.
Sebentar, sebelum dilanjutkan. Ini kalo kamu yang jadi Qais udah insecure duluan.
Oke lanjut, sampai di dalam rumah, Majnun melihat para tamu undangan sedang mengantri. Akhirnya ia pun masuk dalam antrian. Nah, pada saat Majnun ikut antrian, kebetulan yang membagikan makanan pada antrian itu adalah sang pujaan hatinya, siapa lagi kalau bukan bebeb Laila.
Ketika Majnun sudah mencapai ujung antrian dan berhadap-hadapan dengan Laila. Bukannya mengisikan makanan ke atas piring, Laila malah membanting dan memecahkan piring itu. Keluarga Laila tidak pernah setuju dengan Qais. Melihat Laila memecahkan piring untuk Majnun mereka senang dan bekata “Alhamdulillah Laila sudah sadar sekarang.”
Bukan hanya keluarga Laila yang senang, hampir semua tamu undangan ketika itu ikut berbahagia. Tapi ada satu orang yang memperhatikan Qais, orang ini heran kenapa Qais juga malah ikut senang. Padahal, sudah cukup jelas, kalau kamu dalam posisi Qais, sudah barang tentu langsung pulang. Tetapi Qais tidak, dia malah ikut senang dan tersenyum gembira.
Salah satu tamu undangan yang memperhatikan Qais itu pun bertanya “Qais, kenapa kamu malah tersenyum? Setelah kamu dipermalukan di depan semua warga desa.”
“Kapan saya dipermalukan?”
“Ketika Laila memecahkan piring.”
“Kamu salah paham, Laila memecahkan piring tujuannya agar aku ikut ke dalam antrian lagi. Agar aku bisa bertemu lagi dengannya, agar kita bisa berlama-lama saling memandang.”
Cerita ini sebetulnya bukan sekedar bucin, biar saya jelaskan. Begini, kadang-kadang saat kita diberi masalah, kesusahan, kesulitan, kepayahan oleh Allah, itu mungkin karena Allah ingin berlama-lama dekat dengan kita. Kalau doamu lama sekali tidak dikabulkan, mungkin karena Allah ingin mendengar suara pintamu terus menerus.
Tetapi rata-rata kita selalu salah paham, kadang-kadang kita tidak punya opsi lain selain berspekulasi bahwa Allah memang sudah membenci kita. Padahal, seperti prasangka Majnun, Laila memecahkan piringnya tiada lain karena ingin berlama-lama memandang Majnun. Hanya itulah cara bagi Laila dan Majnun mengobati rasa rindu diantara mereka.