Cak Dlahom, Tokoh Sufiksi Buatan Cak Rus

cak-dlahom-breakpos

Setelah kebangkitannya kembali pada sebelum ramadhan tahun ini, situs Mojok.co berpenampilan sangat segar, betul-betul sebagaimana bahasanya ia dilahirkan kembali. Namun ada hal yang berbeda setelah kembalinya Mojok, yaitu serial kisah Cak Dlahom yang terbit pada tahun lalu di bulan Ramadhan. Kali ini kisah-kisah tersebut tidak terbit lagi pada situs Mojok, serial kisah karya Rusdi Mathari itu mungkin terkubur bersama mati surinya Mojok beberapa bulan yang lalu.

Rusdi Mathari yang merupakan mantan wartawan, dengan kepercayaan dirinya, seperti yang saya dapat dari salah satu media online menceritakan, bahwa kisah yang bernuansakan kehidupan sufistik tersebut pada awalnya ditawarkan oleh Cak Rusdi kepada redaktur Mojok yaitu Agus Mulyadi. Waktu itu Gus Mul tertarik, bahwa Rusdi Mathari dapat memenuhi Mojok dengan naskah serial khusus di bulan Ramadhan yang lalu. Namun apa yang dimaksud Agus tidaklah sama dengan apa yang diutarakan Cak Rus.

Gus Mul beranggapan bahwa naskah yang dimaksud Cak Rus itu benar-benar sudah menjadi sebuah naskah yang tertulis baik di dalam file MS Word atau di atas sebuah kertas. Tapi Cak Rus dalam percakapannya dengan salah satu redaktur Mojok itu dengan dinginnya saat ditanya oleh Gus Mul tentang keberadaan naskah yang dimaksud, Cak Rus menjawab “ini, naskahnya masih ada dalam pikiran.” Mungkin begitulah awal kronologi penawaran naskah kisah Cak Dlahom yang jenaka itu kepada Mojok.

Dari realita ceritanya di atas, Cak Rus sudah memberikan kesan yang jenaka, hal itu kemudian terbawa pada tulisan-tulisannya tentang Cak Dlahom. Menurut saya cerita Cak Dlahom memang sarat akan keanehan, keambiguan bahkan ketidak-biasaan. Saya memang belum membaca semua cerpen buatan Cak Rus tersebut, tapi dari beberapa yang sudah saya kumpulkan dan saya baca, memang tidak ada satu pun kisahnya yang tidak punya satu keanehan, satu saja.

Karakter Cak Dlahom yang sering dicap orang gila oleh masyarakat, sepintas memang jika dibaca, terkesan sangat gila, dan tidak punya tujuan apa pun, faidah apa pun. Itu jika anda tidak membaca ceritanya sampai selesai. Coba saja anda baca ceritanya sampai tamat, karakter Cak Dlahom inilah yang punya peran penting dan bahkan menjadi tokoh utama dalam cerita Cak Rus itu. Di salah satu karya Cak Rus yang bertajuk “Benarkah Kalian Rindu Ramadhan?” Cak Dlahom menjelaskan bagaimana sebetulnya esensi ibadah, dari logika sederhana yang jarang sekali terpikirkan, sebetulnya esensi ibadah menurut Cak Rus itu sederhana.

Sesuatu yang disukai manusia akan diarang Allah, sebaliknya sesuatu yang tidak disukai manusia akan diwajibkan Allah. Sederhana bukan? Bergitu saya membaca logika itu dari tuturan Cak Dlahom kepada Mat Piti salah satu karakter kerabat Cak Dlahom yang selalu jadi perantara, saya kemudian menemukan maksudnya, bahwa ada benarnya jika kita melakukan sesuatu yang kita sukai, apakah sesuatu itu akan menjadi ibadah? Secara individual, kegiatan tersebut hanya akan berfaidah bagi dirinya sendiri. Tidak teruntuk Allah, yang mewajibkan kita beribadah hanya kepada-Nya.

Justru karena kita diwajibkan beribadah oleh Allah, maka seharusnya yang kita lakukan harus berlawanan dengan apa yang kita sukai, agar disana terdapat nilai, kepada siapa diri kita ini berpihak, kepada Allah atau kepada diri sendiri? Begitulah kiranya penjelasan dari kisah Cak Dlahom tentang esensi beribadah.

Kiranya penokohan Cak Dlahom ini terinsipirasi dari kisah-kisah kehidupan Seorang Sufi bernama Nasruddin. Seorang Sufi jenaka pada masa Dinasti Saljuk ini dikisahkan dengan karakter yang jenaka tapi menyadarkan pembaca tentang spiritualisme hidup, meskipun kemudian ada beberapa dari kisah Nasruddin yang disalahkaprahkan oleh sebagian orang. Cerita-cerita Nasruddin yang terkenal seantero Timur Tengah itu memang memiliki ciri khas yang unik, menyandingkan antara sifat lucu dengan kepintaran menjadi sesuatu yang menyentil atau satirikal, sehingga dalam kisah-kisahnya terselip pesan moral yang teramat unik.

Pengetahuan saya tentang perjalanan hidup Nasruddin, kisah atau bahkan biografinya sangatlah terbatas, maka penjelasan tentang itu hanya dapat disampaikan sedikit. Memang terdapat beberapa kemiripan karakter antara kisah-kisah Nasruddin dengan Cak Dlahom, dibuktikan dengan karakteristik penokohan Cak Dlahom yang amat konyol namun di balik kekonyolannya, tersimpan berbagai macam kebijaksanaan. Hal demikian serupa dengan karakter Nasruddin dalam kisah-kisahnya yang diceritakan ulang oleh masyarakat Timur Tengah.

Faktanya Cak Dlahom tokoh fiksi yang dibuat oleh Cak Rus itu tidak akan bisa menyampaikan apa pun dalam ceritanya tanpa bantuan dari tokoh lain atau perantaranya dalam cerita. Dalam cerita-cerita sufistik jenaka yang dikarang Cak Rus ini, salah satu tokoh perantara penyampai pesan Cak Dlahom adalah Mat Piti. Alur cerita yang dinamis karena tingkah Cak Dlahom yang selalu membuat geger masyarakat kampung, selalu dipertanyakan oleh Mat Piti, atau terkadang tokoh lain yang bernama Gus Mut, sesekali peran Pak Lurah dalam cerita-cerita Cak Dlahom pun ikut terlibat menjadi perantara, meskipun lebih sering jadi sentral satiran Cak Dlahom.

Gaya penyampaian pesan dalam kisah Cak Dlahom ini biasanya berbentuk dialog antara Cak Dlahom dengan rekannya. baik Mat Piti, Gus Mut atau Pak Lurah. Sementara alur ceritanya terkadang maju-mundur, mundur-maju atau maju-mundur-maju. Serupa dengan kisah-kisah bernuansa sufistik seperti Abunawas, tak lupa dalam karangan Rusdi Mathari ini selalu dibuat tokoh yang selalu menjadi tujuan kritiknya. Tokoh yang kontradiksi dengan gagasan atau pesan yang hendak disampaikan Cak Dlahom.

Dan terakhir, dalam pesan-pesan yang hendak disampaikan Rusdi Mathari melalui Cak Dlahom ini, seakan-akan dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan-kebiasaan kita ini berlalu begitu saja tanpa ada makna yang dapat kita pelajari, padahal seperti apa yang dikisahan Cak Rus ini, banyak kejadian-kejadian sehari-hari yang tanpa kita sadari ternyata memiliki makna yang dalam, luas dan penuh dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Bahkan biasanya Cak Dlahom selalu menyediakan logika terbalik dari proses penghayatan ibadah kita kepada Tuhan.

Pada Ramadhan kali ini, sungguh sayangnya serial kisah Cak Dlahom sudah tidak terbit lagi dalam situs Mojok. Namun dari beberapa kabar yang beredar, cerita-cerita karya Cak Rus ini dihimpun dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh “Buku Mojok” betul atau tidaknya, bagi penikmat kisah-kisah yang penuh dengan daya hibur tinggi sekaligus kajian Tasawuf Islam yang jenaka, patut membeli buku yang berjudul “Merasa Pintar, Bodoh saja Tak Punya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.