Empat Spekulasi Mengapa Kongres PAN Rusuh

Perlu disadari perpolitikan memang kadang untung kadang buntung. Mengapa banyak orang berambisi masuk dunia politik? Jawabannya, ya apa lagi kalau bukan kekuasaan. Namun, terkadang perilaku politik dengan dunia taman bermain kanak-kanak tak jauh berbeda, mereka amat menggemaskan, imut, bahkan kerap membuat kita terpingkal-pingkal.

Banyak sekali kejadian-kejadian unik dalam cerita politik di Indonesia ini, salah satu contoh yang paling dekat adalah kongres PAN. Memandang ini saya jadi ingat dahulu waktu saya TK, akibat berebut pensil warna dengan teman, kami berdua ribut di kelas melempar-lemparkan buku, pensil, tas, sepatu sampai bahkan kursi.

Amarah itu biasa, melempar-lempar kursi juga biasa, tak perlu kaget. Dari kecil kita kalo marah pasti yang disalahkan bukan orangnya, tapi barangnya yang nakal. Haduh, terimakasih kongres PAN telah mengembalikan memori lama itu kepadaku.

Oiya, ngomong-ngomong soal keributan, pernah gak sih kita menerka sebab dari sebuah keributan. Misal ketika lagi melewati sebuah jalan raya, di depan terlihat banyak warga berkumpul dan sudah adu cekcok dengan salah satu pengendara, kita yang lewat dan buru-buru pulang kan gak sempet bisa nanya ‘ada apa?’ sering terbesit kemungkinan-kemungkinan ‘paling juga keserempet’ atau ‘kecelakaan kali ya’.

Kemungkinan dalam benak itu sah-sah saja, tapi, belum tentu benar. Sekarang boleh dong kita menerapkan kemungkinan itu dalam keributan kongres PAN? Ya tentu boleh sangat, dari pada penasaran sendiri apa yang menyebabkan kongres PAN itu bisa ribut mending bikin aja spekulasi sendiri hehe

Panitia Kongres tidak menyediakan Wifi

Kalo sudah bicara internet kita ini paling doyan. Dengan internet kan kita bisa berselancar, bisa bermedia sosial dan tentu bisa panjat sosial. Mungkin di Kongres PAN itu ada salah satu peserta yang ingin upload kegiatan Kongresnya itu ke story Instagram. Kebetulan ia tak ada kuota, pas menanyakan password wifi, panitia malah bilang tidak ada. Kan bisa nafsu juga itu, sudah foto berkali-kali sama presidium sidang, cape-cape mikir bikin caption di notes bawaan hapenya, eh pas mau dipost kaga ada internet. Bajigur

Beberapa peserta tidak kebagian konsumsi

Nah kalo masalah ini kemungkinannya besar juga, soalnya orang kalo laper itu emosian. Bayangkan masa peserta kongres di samping kebagian snack yang isinya itu lemper ayam, lapis legit, risoles dan air mineral eh kita malah gak kebagian, masa kita mau minta ke sebelah kan gak mau dibilang culametan met met. Akhirnya daripada minta, mending protes. Bukannya malah minta maaf si panitia malah bilang “Anggaran buat konsumsinya emang sedikit, sesuai yang ada di proposal anggaran konsumsi itu cuma 5% dari total biaya kongres.” Orang laper dikasih teori dan penjelasan ya malah ambyar mas.

Kursi Kongresnya tidak empuk

Kenyamanan duduk juga begitu penting, jangan dikira kursi itu seringkali diperebutkan bukan karena ada apanya melainkan hanya karena empuk atau tidak. Lihat saja kursi di gedung DPR asli emang empuknya ngalahin tahu susu lembang. Bisa jadi, penyedia hotel memang belum sempat mereparasi kursi-kursinya sehingga banyak yang reyot dan sudah amblas busanya. Peserta tidak terima karena ketika mereka sedang asyik-asyik menyimak sambutan dari Pak Amien Rais mereka malah terganggu dengan bunyi kursi yang reyot ‘ngik’ ‘ngik’

Backsound kongresnya lagu Merah Hitam Hijau dari Siksa Kubur

Nah ini, apa gak gila nyetel backsound di Kongres itu lagu metal. Menguji mental berdansa dengan musik bergairah adalah keharusan. Bagi para peserta ketika genderang drum mulai berdebar dan alunan melodi gitar sudah ngiung-ngiung seketika terbesit pikiran “Kongres nanti dulu, mentality is number one.”