Beginilah nasibnya seorang murid yang bersekolah di asrama. Di akhir-akhir liburan musim dingin harus sudah menempati kamar. Tidak seperti halnya anak-anak lain, yang tidak berasrama. Aku harus datang di akhir pekan ini untuk mengikuti upacara penyambutan murid baru yang baru saja di terima sekolah ini. Mau bagaimana lagi, aku hanyalah seorang perempuan dari peranakan kedua pasangan yang tidak saling mencintai. Mereka dipertemukan dari dua keluarga pebisnis besar yang mereka pikir bahwa anak tertua mereka dinikahkan akan menjadi lebih besar lagi bisnis mereka, seperti sebuah keluarga bangsawan menikah dengan keluarga bangsawan lagi akan bisa menambah kekayaan mereka karena mereka sudah menjadi satu keluarga. Pelik sekali
Sebenarnya aku di kamar pun tidak sendirian. Cheryl, Wendy, dan Brie sudah datang lebih dulu dari pada aku. Mereka sengaja datang lebih dulu agar bisa membullyku lebih awal. Walaupun mereka teman sekamar, tapi mereka sering sekali menajahiliku. Tidak seperti siswi lain yang teman kamarnya sangat baik hati. Mereka pernah bilang alasan kenapa sering sekali membullyku karena aku sangat tidak suka ada pendatang baru yang datang dikamar mereka dan aku ini sangatlah aneh. Yah, aku mewajarinya itu, mereka sangatlah populer di sekolah ini. Mereka menjadi panutan semua siswi karena mereka sangatlah fashionable. Tidak seperti aku dengan kacamata yang tebal, gigi berkawat, dan mantel seperti nenek.
Tiap malam aku selalu berdoa agar Tuhan memberikan ganjaran kepada mereka atau Tuhan memberikan aku kekuatan agar bisa memberi mereka ganjaran dari semua yang mereka telah lakukan kepadaku, seperti apa yang dikatakan oleh Pastur Paul kepadaku. Aku orang katolik dan aku mempercayai hal itu. Aku bekerja jadi sukarelawan di Gereja Sekolah untuk merawat gereja tersebut. Pada suatu hari seorang pria bernama Steve datang ke Gereja Sekolah. Beliau datang dari Gereja Pusat yang dikirim untuk memberikan bantuan memperbaiki atap Gereja Sekolah yang telah rusak diterpa badai. Aku sempat mengobrol dan memberikan minum kepadanya, tapi tidak lama suster Mary datang dan aku langsung pergi karena laki-laki dan perempuan tidak harus berdekatan. Itu momen yang sangat berharga buat ku. Tidak setiap hari aku bisa melihat seorang pria, sampai bisa bercakapan dengannya.
Hari itu pun datang. Mereka menyebarkan cerita yang tidak benar tentang-ku. Mereka menyebarkan cerita bahwa pria itu adalah pacarku dan setiap malam aku manstrubasi sampai memikirkan dia karena setiap malam aku tidur dengan suara terengah-engah. Mereka menyebarkan berita itu dari mulut ke mulut, siswi di sekolah dan seisi sekolah tahu tentang cerita itu hingga Suster Mary mengetahui semuanya juga. Aku pun dikeluarkan dari relawan Gereja Sekolah. Hidupku pun bertambah menjadi hancur gara-gara cerita yang tidak benar itu.
Semuanya berawal dari Wendy menemukan Diary ku dan membacanya. Di Diary, aku pernah menuliskan tentang Steve dan tentu saja Wendy membacanya. Ketika aku datang ke kamar, membuka laci meja, dan Diary ku pun sudah lenyap. Aku mencarinya kemana-mana. Kupikir itu terjatuh di suatu tempat dan aku memergoki Wendy sedang membaca Diary ku di paviliun asrama. Kala itu Cheryl dan Brie sudah ada dan mereka sedang duduk santai di depan perapian sambil membaca Diary-ku. Mereka kaget ketika aku memergokinya. Aku langsung merebut buku itu. Tapi tarik menarik terjadi. Buku itu malah terlempar ke dalam perapian. Terbakarlah sudah. Aku pun berpikir kalau aku akan tenang buku malah terbakar jadi tidak akan ada gosip yang akan menyebar tapi di sisi lain buku itu sudah seperti temanku karena aku bisa setiap hari curhat ‘dengannya’. Aku menanyakan kepada mereka “Siapa yang mengambil buku itu?” dan Wendy pun langsung mengaku sambil ketawa-ketawa seperti tidak punya salah. Cheryl menambahkan pernyataan dari Wendy bahwa mereka akan menyebarkan isi Diary-ku itu. Mereka akan menyebarkan cerita yang tidak benar itu, dan mereka percaya kalau ceritanya itu akan didengar seisi sekolah karena sangatlah populer di sekolah.
Setelah mendengar pernyataan itu aku lagsung lari ke kamar dan menangis dengan ditutupi bantal. Keesokan harinya cerita itu tersebar. Itu sehari sebelum liburan natal dan tahun baru. Tapi ketika aku sudah kembali lagi ke sekolah tiba-tiba mereka sudah berubah menjadi sangat baik dan meminta maaf atas apa yang sudah terjadi selama ini. Aku pun memaafkan mereka dan sekarang kami menjadi teman baik.
Ya, kita menjadi teman baik. Sekarang pun kita sedang bercanda tawa. Mereka tertawa sambil bergelantungan dengan tali yang tersimpul di leher mereka sambil senyum tertawa. Pisau tertancap di dada Cheryl. Perut Wendy terbuka lebar karena tersayat pisau hingga isi perutnya pun terlihat. Brie dua mata bolanya telah tercongkel. Masing-masing dari mereka ada kata-kata yang sudah terukir di dadanya. Cheryl dengan kata “WE”, Wendy denga kata “ARE” dan Brie dengan “SORRY”, dan juga mulut mereka telah terjahit dengan sebuah kawat.
Sekarang hidupku menjadi sangat bahagia karena teman sekamar ku menjadi sangat baik. Sungguh sangat bahagia. Sekarang aku membolehkan mereka membaca Diary ku ini karena mereka sudah menjadi teman ku. Terima kasih Tuhan sudah mendengar doaku itu. Dan sekarang kita ingin membaca buku Diary masing-masing. Apakah kamu ingin bergabung dengan kita karena sudah membaca Diary ini?