Mitos Jembatan Pasupati

373

KALEM.ID – “Misteri seorang wanita berbaju merah gentayangan di jalan layang Pasupati

 

Gemerlap lampu kota menghiasi malam. Kerlap-kerlip lampu yang berasal dari gedung-gedung, rumah-rumah, lampu jalan dan  juga lampu kendaraan membuat malam menjadi lebih hidup. Kota Bandung memang selalu terlihat indah saat malam. Apalagi melihat pemandangan kota sambil melewati jembatan Pasupati. Semuanya terlihat lebih menarik dan lebih benderang dari atas jembatan itu.

Kantor tempatku bekerja tidak begitu jauh dari Gedung Sate. Sedangkan tempat tinggalku di perkampungan persis pinggir gerbang tol Pasteur. Setiap hari aku melewati jalan yang sama. Tetapi baru kali ini aku melewati jembatan Pasupati di malam hari.

Kerja lembur memang menguras tenaga lebih, namun penyesalan itu sirna setelah melihat pemandangan kota di malam hari pada perjalanan pulang. Begitu menyenangkan bisa memandang kota Bandung di atas jembatan Pasupati. Namun hal menyenangkan itu seketika berubah menjadi menakutkan. Ceritaku ini berawal dari motor tuaku yang mendadak mogok.

Sepeda motorku berpacu dengan kecepatan rata-rata di atas jembatan Pasupati. Sedang asyik menengok ke arah kiri, memandangi kota yang dihiasi lampu, tiba-tiba saja motorku mogok. Segera aku menepi ke bahu jalan di atas jembatan itu. Aku memeriksa motorku. Mulai dari stang, gas, rem dan hal lainnya. Maklum bukan lulusan otomotif jadi saat itu aku memeriksa motor semampuku.

Lima menit berlalu tidak ada yang berubah. Sudah coba diselah beratus-ratus kali namun tetap tidak mau hidup. Aku menatap motorku dengan kesal. Motor jika tidak bisa berjalan hanyalah seonggok rongsokan, ketusku dalam hati. Walaupun aku kesal karena motorku tidak mau hidup tetapi saat itu aku masih memeriksa dan mencoba memperbaikinya. Mau tidak mau harus diperbaiki, karena dialah yang mengantarku kemana-mana. Dan malam ini dia harus mengantarku pulang.

Dari sinilah keajaiban sekaligus kengerian datang.

Sedang sibuk memperbaiki motor, aku merasa seperti ada yang memperhatikanku dari belakang. Namun segera aku menyibukkan diri kembali untuk memperbaiki motor, tidak memperdulikan siapa yang sedang memperhatikanku.

Lima menit lagi berlalu motorku tetap seperti seonggok rongsokan, tidak mau hidup. Aku berdiri dari posisi jongkok dan menatap jalanan yang berada di atas jembatan Pasupati. Seliweran kendaraan melintas melewatiku. Aku menengok ke belakang, ku lihat seorang wanita berbaju merah dengan rambut hitam sebahu sedang berdiri di bahu jalan. Jaraknya hanya sepuluh meter dariku. Wanita itu balas menatapku. Dia tersenyum kemudian berjalan ke arahku. Senyumnya bukanlah senyuman manis seperti wanita kebanyakan, namun senyumannya membuatku merinding seketika.

Sekarang dia telah berdiri di depanku. Tiba-tiba saja dia memegang tanganku. Aku merasa bingung dengan wanita ini, ditambah lagi tangannya terasa dingin saat dia menggenggam tanganku.

“Kenapa neng? Ada yang bisa saya bantu?” Aku bertanya sambil mencoba melepaskan tangan wanita itu. Dia tidak menjawab pertanyaanku, malah membalas dengan senyuman yang mengerikan. Tangannya tidak mau terlepas. Dia justru menarikku menuju motor yang mogok.

“Antar saya pulang Kang!” Wanita itu berbicara dengan nada datar. “Neng, rumahnya dimana? Kalau saja motor saya tidak mogok, saya bisa antar Neng ini pulang.” Balasku dengan ketus, sambil terus melangkah ke arah motor.

Dia terus menarikku ke arah motor. Lalu dia naik di jok belakang motorku. Terpaksa aku pun naik. Setelah kami sudah berada di atas motor, wanita itu menunjuk ke arah depan. Mencoba mengerti apa yang dimaksudkan oleh wanita berbaju merah itu, segera aku menyelah motorku yang dari tadi tidak mau hidup. Hei! Ini aneh, dari tadi aku mencoba memperbaiki motorku yang tidak mau hidup, sekarang dengan sekali selah motorku hidup kembali.

Aku pun bersiap-siap melaju meninggalkan bahu jalan di atas jembatan Pasupati. Setelah motorku memasuki jalanan bersama kendaraan lain, wanita itu berhenti menunjuk ke arah depan. Aku menancap gas memacu sepeda motor ke arah depan, tepatnya menuju Pasteur tempat tinggalku. Untung saja wanita berbaju merah itu menunjuk ke arah rumahku berada. Tak sempat memikirkan hal lain, saat itu aku hanya berpikir dan merasa kasihan seorang wanita berada di jalanan malam-malam begini. Alhasil aku mengantarnya pulang.

Jalanan sedikit lengang pada malam hari, tidak terlalu padat sehingga motorku lebih cepat sampai ke daerah Pasteur. Lima menit berlalu, wanita itu menepuk bahuku seperti isyarat berhenti. Aku menepi ke bahu jalan, di depan gedung tidak terpakai yang sekitarnya sepi tidak ada orang. Setelah motorku berhenti, aku menoleh ke belakang, tiba-tiba saja wanita berbaju merah itu menghilang entah kemana. Aku memeriksa sekitar, menatap ke arah gedung, tidak ada tanda-tanda wanita berbaju merah tadi.

Setelah memeriksa keberadaan wanita itu beberapa saat dan hasilnya nihil, aku pun kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang. Kembali motorku memasuki jalanan bersama kendaraan lain. Aku menancap gas supaya lebih cepat sampai ke rumah.

Sepuluh menit kemudian aku pun sampai di rumah. Motor ku simpan di garasi, lalu aku masuk ke rumah. Sebelum lanjut ke kamar, aku mencuci tanganku yang kotor akibat memperbaiki motorku yang mogok, lalu membasuh wajahku agar sedikit lebih segar. Kemudian aku masuk ke kamar bersiap untuk tidur.

Gorden kamarku belum tertutup, halaman rumah terlihat jelas saat gorden belum menutup. Baru saja mau menutup gorden, terlihat dari balik jendela kamar wanita berbaju merah sedang berdiri di halaman rumahku. Aku menatapnya, dia melambaikan tangannya ke arahku seperti tanda terimakasih telah mengantarnya tadi.

Merinding melihat wanita berbaju merah itu berdiri di halaman rumah dan melambaikan tangannya padaku. Segera saja aku menutup gorden kamar sebelum kejadian lain menghampiriku.

Aku berusaha untuk tidak memperdulikan wanita berbaju merah yang kutemui tadi. Malam itu aku segera tidur karena kelelahan. Badanku terasa tidak seperti biasanya, setelah bekerja seharian, kemudian menjadi mekanik motor beberapa menit membuatku benar-benar lelah.

Besoknya aku  mencari tahu tentang wanita berbaju merah yang telah kutemui kemarin malam. Ternyata benar saja wanita berbaju merah itu adalah hantu gentayangan. Dia bernama Mariah, dia meninggal karena bunuh diri, meloncat dari atas jembatan Pasupati karena ditinggal sang kekasih.

Mariah selalu menampakkan dirinya di atas jembatan Pasupati dan mengganggu lelaki yang berhenti di jalan layang Pasupati sendirian. Itulah sebabnya Mariah menggangguku kemarin malam.

Nilai kualitas konten