KALEM.ID – “Saya curiga sebenarnya Salah ini jangan-jangan adalah seorang misionaris Islam yang cerdas, ia tidak berdakwah dari masjid ke masjid, tapi malah masuk melalui jalur yang anti-mainstream, yaitu sepakbola.”
“Mo-Sa-La-La-La-Lah….. Mo-Sa-La-La-La-Lah…..
If he’s good enough for you, he’s good enough for me,
If he scores another few, then I’ll be Muslim too,
If he’s good enough for you, he’s good enough for me,
If he’s sitting in the mosque, that’s where I want to be.”
Itu adalah chant yang dinyanyikan oleh para fans Liverpool di Anfield stadium, chant yang secara khusus ditujukan kepada pahlawan baru mereka, Mohamed Salah. Sejak awal musim 2017-2018 ini Salah sudah mencetak 43 gol bagi Liverpool di semua kompetisi, tinggal butuh 4 gol lagi baginya untuk menyamai rekor Ian Rush sebagai topskor satu musim Liverpool dengan 47 gol pada tahun 1983-1984.
Debut pemain asal Mesir ini memang sangat sensasional, dalam 32 pertandingan Liverpool, Salah selalu berhasil mencetak gol. Pemain ini menjadi juru gedor baru yang selama ini dicari-cari The Reds, permainan Salah seperti termaksimalkan secara penuh di klub ini. Wajar saja Liverpool bisa menampilkan permainan yang sangat ngeri-ngeri sedap, selain Juergen Klopp menerapkan “gegenpressing” yang membuat lawan kelabakan, peran salah sebagai pencetak gol dan pemberi umpan juga ciamik. Puncaknya kita lihat lagi pada pertandingan semifinal liga champions tadi malam melawan mantan klubnya, AS Roma.
Salah mencetak dua gol dan dua assisst pada pertandingan itu, seolah mengatakan sudah bisa move on seratus persen, ia bermain tanpa tedeng aling-aling. Gol pertama ia cetak dengan tendangan terukur ke pojok kanan gawang Roma, gol kedua ia buat dengan tendangan chip berkelas yang melewati badan Alisson. Tiga gol lainnya dicetak oleh Firmino (2 gol) dan Mane, wal hasil, Liverpool menggasak Roma 5-2, karena Roma dapat mencuri dua gol untuk bekal pulang di akhir laga. Pada malam itu, semua media mengakui penampilan Salah memang luar biasa. Akhirnya fans Liverpool membuat chant baru baginya yang berjudul “The Egyptian King”, kalau tidak tahu google dan youtube saja sendiri.
Sebagai orang yang pernah mengalami langsung atmosfir persepakbolaan di Inggris, saya bisa mengatakan bahwa sepakbola adalah agama bagi para warganya. Saya juga bisa mengatakan bahwa sentimen kaum hooligan terhadap agama (tidak hanya Islam) juga tidak begitu baik. Jadi jika ada seorang pemain sepakbola yang menunjukkan identitas keagamaannya secara gamblang di lapangan, kecil kemungkinan mereka mendapatkan simpati. Namun begitu, Salah malah melakukan sebaliknya, ia suka berdoa dan bersujud di lapangan ketika selesai mencetak gol dan para fansnya tetap menjunjungnya setinggi langit.
Saya curiga sebenarnya Salah ini jangan-jangan adalah seorang misionaris Islam yang cerdas, ia tidak berdakwah dari masjid ke masjid, tapi malah masuk melalui jalur yang anti-mainstream, yaitu sepakbola. Sepertinya Salah mengerti betul bahwa sepakbola sendiri adalah tempat yang paling bebas nilai, artinya selama kamu bermain hebat dan mencetak gol, orang akan mengikutimu, menjunjungmu, dan memujimu tanpa peduli agamamu, rasmu, pilihanmu Jokowi atau Prabowo.
Sekarang, Salah sudah diterima oleh warga Liverpool, hanya saja ia harus berhati-hati juga. Jika suatu saat performanya menurun, Salah bisa dihujat netizen dengan isu agama. Maka, selama Salah mempertahankan kondisinya dan terus mencetak gol, Salah akan baik-baik saja, bahkan secara hiperbolik, Salah bisa di-nabi-kan warga Anfield.
Jika Salah berhasil meng-Islamkan warga Inggris lewat sepakbola, atau secara khusus warga Liverpool, maka bisa dijamin Liverpool FC akan menjadi klub sepakbola paling barokah di dunia. Setiap pertandingan hendak berlangsung, mereka akan Istigosah untuk kemenangan timnya. Kemudian ketika istirahat babak pertama mereka akan mengadakan shalat bejama’ah dan pengajian seminggu sekali. Di malam Jum’at sebagian dari mereka akan yasinan, tetapi Salah tidak ikutan karena ternyata ia bukan Nahdliyin.