Kalem.id – “Dan momentum kali ini adalah kesempatan untuk menggorok karir politik Roy Suryo secara bersama-sama oleh para pesaingnya”
Setelah sebelumnya Roy Suryo banyak mengkritisi (lebih tepatnya nyinyir) perihal Asian Games, pemerintah dalam hal ini Kemenpora melakukan serangan balik yang berbuah gol cantik.
Kasus Roy Suryo memang menyita perhatian masyarakat banyak. Di tengah merebaknya saling serang isu antara kubu oposisi melawan pemerintah, kasus Roy Suryo menjadi salah satu yang paling viral karena menyangkut barang dan aset negara yang berasal dari uang rakyat.
Dipercaya atau tidak, masyarakat kita sudah banyak dikecewakan oleh para pejabat dan politisi. Makanya ketika tersiar kabar seorang pejabat yang mencuri atau meminjam tanpa dikembalikan, para netizen yang notabene dari rakyat biasa ramai-ramai menghujatnya.
Banyak pertanyaan, bagaimana caranya seorang Roy Suryo menggondol barang-barang yang jumlahnya sebegitu banyaknya?
Selaku pengangguran yang pernah beberapa kali mampir di gedung atau kediaman pejabat, saya sedikit memahami persoalan barang itu. Saya kira, tidak semua barang yang disebutkan oleh Kemenpora dalam lampiran surat penagihan itu digondol oleh Roy Suryo. Mungkin memang ada beberapa yang dibawa, pastinya barang-barang mewah dan mahal. Tapi untuk barang “murah” atau “biasa” seperti pompa air, peralatan dapur dan lainnya, mungkin terdapat campur tangan orang ke tiga, ke empat, ke lima, atau bahkan ke tiga puluh.
Harus dipahami bahwa dulu Roy Suryo bekerja di Kemenpora itu tidak sendirian. Ia punya sekretaris, bendahara, divisi logistik, divisi acara, pubdekdok, keamanan, bahkan konsumsi (emangnya BEM? haha).
Mungkin saja barang-barang “remeh” yang menghilang dari kediaman Menpora ketika ia meninggalkan tempat itu dibawa oleh para anak buahnya. Makanya, Roy Suryo sedikit tidak mengakui bahwa ia mengambil barang-barang tersebut. Masa iya Roy Suryo ngambil sendok, garpu, atau membongkar pompa air yang terpasang untuk dibawa?
Tapi persoalannya, Kementerian itu berada di bawah tanggung jawab Roy Suryo, karena waktu itu ialah menterinya. Maka ototmatis, dialah yang kemudian dimintai pertanggung jawaban. Dan sudah seharusnya Roy Suryo yang bertanggung jawab. Masa harus menagih pertanggung jawaban ke tukang masaknya?
Dan tragisnya, dalam hal ini, Roy tidak mendapatkan dukungan dari partainya. Partai Demokrat tidak membela kadernya, malah justru tambah menekannya. Semacam cuci tangan lah.
Tersiar kabar bahwa Pak SBY selaku Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat melalui Sekjennya mengultimatum agar Roy segera menyelesaikan persoalan tersebut dalam jangka waktu satu minggu.
Beberapa hari lalu, Kantor DPP Partai Demokrat didemo sekelompok masa tidak dikenal. Mereka menuntut agar Roy Suryo segera mengembalikan aset negara. Otomatis, jajaran pimpinan partai segera menggelar pertemuan untuk membahas nasib Roy yang sekarang panas. Jabatan Pak Roy kan lumayan bergengsi, Wakil Ketua Umum.
Ya, politik memang lebih kejam dari ibu tiri.
Seperti kita ketahui, di jajaran partai apapun selalu ada persaingan antar kadernya. Dan momentum kali ini adalah kesempatan untuk menggorok karir politik Roy Suryo secara bersama-sama oleh para pesaingnya.
Coba bayangkan, bagaimana perasaan Roy?
Ia sudah berani terdepan dalam mengkritisi pemerintah agar citra partainya naik meskipun harus dibully para netizen, eh dia juga ditendang bersama-sama oleh para pejabat partainya?
Saya kira, pengunduran diri sementara dari jabatan partai adalah langkah yang bijak, selagi ia menyelesaikan kasus barang dan aset kemenpora serta menyusun kekuatan lagi untuk pemilu 2019. Karena kita harus sadar, 2019 itu bukan cuman pertarungan antara kampret vs cebong, namun juga antara kader-kader partai untuk menjadi wakil rakyat di kursi legislatif.
Sebagai anggota DPR yang merupakan wakil rakyat, Roy Suryo telah menjalakan tugasnya dengan baik. Rakyat ingin barang-barang mewah dan perabotan rumah tangga, Pak Roy sudah mewakilinya.