Kalem.id – “Bukankah tidak semua yang gugur di medan perang melawan penjajah mendapat gelar pahlawan?”
Beberapa hari ini, kisah heroik Yohanis Gama Marschal Lau alias Joni si “pemanjat tiang bendera” begitu menggaung. Berbagai hadiah ia dapat, dari mulai beasisiwa hingga sarjana, sampai uang untuk beli permen sebesar 50 juta rupiah dari Hotman Paris. Namun berbeda dengan Resa.
Sebelum Joni, beberapa bulan yang lalu Resa melakukan aksi heroik persis seperti Joni, memanjat tiang bendera. Tapi kisahnya tidak cukup membuat ia dielu-elukan, apalagi mendapatkan penghargaan.
Jika Joni memanjat tiang bendera saat upacara peringatan HUT kemerdekaan Indonesia di Atambua, Belu, NTT, maka Resa melakukan aksi heroik di momentum HUT ke-14 Kabupaten Kepulauan Aru beberapa bulan sebelumnya.
Meskipun sama-sama memanjat tiang bendera untuk mengambil tali yang putus, Resa hanya mendapat perlakuan biasa. Ia disalami oleh pejabat setempat.
Hal itulah yang membuat netizen (warganet) beraksi. Mereka seperti menuntut agar Resa pun bisa mendapatkan perlakuan yang hebat seperti Joni.
Entahlah, ini positif atau tidak. Karena biasanya, simbol untuk dijadikan contoh itu cukup satu dari peristiwa sejenis.
Joni itu disimbolkan agar setiap orang mempunyai semangat heroik, patriotis, serta rela berkorban demi Indonesia. Spirit itu yang coba disebarkan oleh Pak Menpora, Pak Presiden, Hotman Paris, atau lainnya yang memberikan penghargaan kepada Joni.
Namun tidak semua masyarakat menilai ke sana. Sebagian masyarakat melihat bahwa Joni bisa mendapatkan berbagai penghargaan (dan uang) hanya karena memanjat tiang bendera.
Sudut pandang ini yang membuat warganet bereaksi agar Resa mendapatkan hal yang sama seperti Joni.
Padahal, baik Joni maupun Resa, tidak ada yang menginginkan agar kisah mereka di”viral”kan dan diberikan berbagai penghargaan. Mereka melakukan itu biasa saja dan tulus. Kita dan media saja yang menghebohkannya.
Jadi, saya kira tidak perlu direpotkan jika Joni dan Resa memiliki nasib yang berbeda. Biasa saja. Bukankah tidak semua yang gugur di medan perang melawan penjajah mendapat gelar pahlawan?
Cukuplah kita mengambil pelajaran dari Joni dan Resa.
Tapi jika akhirnya Resa pun mendapatkan hadiah dan berbagai penghargaan, maka dikhawatirkan akan banyak pemanjat-pemanjat tiang bendera lain yang sengaja memanjat agar mendapatkan perhatian. Mending kalau anak yang memanjat itu selamat. Kalu jatuh, gimana?
Kalau sudah gitu, repot, kan?