KALEM.ID – “Semua orang memerlukan motivasi, dan motivasi membutuhkan sesuatu yang bisa dijadikan sebagai contoh.”
Baru-baru ini, bioskop diramaikan dengan film yang baru rilis yang diadopsi dari novel karya Ayudia dengan judul Teman Tapi Menikah, bersamaan dengan rilisnya film serial kedua Danur yang serial pertamanya dinobatkan sebagai film terseram kala itu.
Di tengah ramainya antrian di bioskop kemarin, saya sempat mengira-ngira selera para penonton dari raut wajah dan fisiknya. Saya senang menafsirkan apakah orang dengan tampang sangar itu akan menonton Danur atau malah Teman Tapi Menikah? Atau apakah segerombolan anak SMA akan menonton Teman Tapi Menikah atau Danur? Entahlah, yang jelas saya tidak jadi menonton karena melihat antrian yang penuh itu.
Dengan melihat trailer satu dan dua dari film Teman Tapi Menikah, film ini akan menarik untuk disimak. Selain pemerannya Vanessa, novel karya Ayudia Bing Slamet menjadi best seller bagi kalangan pemuda, apalagi bagi para friendzone yang merajalela dan berharap akan menikah dengan temannya suatu saat setelah membaca atau melihat film ini. Mungkin kamu salah satunya? Jika iya, teruslah berharap.
Saya tidak akan membahas isi film ini, karena saya sendiri belum nonton, pembahasan saya akan difokuskan pada kisah cinta Mbak Ayudia. Khalayak tau bahwa cerita Ditto dan Ayudia yang berteman selama 11 tahun kemudian pada akhirnya menikah itu adalah fakta nyata.
Perlu diketahui jika pertemanan dengan ending seperti itu adalah hal yang sangat diinginkan dan menjadi motivasi tersendiri bagi orang-orang yang terjebak dalam kondisi friendzone. Maka, tidak heran jika perjalanan cinta Ditto dan Ayu menjadi populer hingga saat ini.
Seseorang memerlukan dorongan dalam menjalani hidup, tak terkecuali orang-orang yang sudah mengenyam kesuksesan di dunia. Semua orang memerlukan motivasi, dan motivasi membutuhkan sesuatu yang bisa dijadikan sebagai contoh. Termasuk orang-orang yang merasa terpuruk dalam keadaan sulitnya, sedihnya dan juga menangisnya.
Ketika ada sosok yang berhasil membuatnya bangkit dari kondisi terburuknya, itulah yang disebut sang motivator. Sama seperti kisah Ditto dan Ayu, yang memberikan harapan dan motivasi kecil bagi siapapun yang berada dalam kondisi friendzone-nya.
Kisah yang terabadikan dalam sebuah novel dan film tersebut akan dijadikan rujukan bagi para pejuang dalam menggapai impian, meski dalam hal percintaan sekalipun. Namun, alangkah lebih bijaknya jika motivasi dalam percintaan bisa disandingkan dengan motivasi untuk hidup yang lebih baik.
Jika meniru perjalanan seseorang dalam menggapai cinta bisa dilakukan, maka bukan sebuah kemustahilan bagi seseorang untuk melakukan hal yang sama demi mencapai kesuksesan hidupnya.
Ketika seseorang melihat keberhasilan orang lain dalam satu aspek, pasti akan terbesit dalam pikirannya, “Orang lain pun bisa, masa saya enggak?” Maka, jika pikiran itu muncul dalam pikiran kita, jangan biarkan pikiran itu berlalu begitu saja. Bisa jadi, itu adalah sebuah hidayah yang diberikan saat itu dan akan menentukan nasib kita di masa depan. Yakinkan, pantang menyerah, istiqomah dan sabar seperti yang dilakukan oleh Ditto. Ditto aja bisa, masa kita enggak?
Dibalik drama romansa Teman Tapi Menikah, banyak motivasi yang mampu membangkitkan semangat bagi orang-orang yang ada di dalam keadaan friendzone, untuk berharap dan mewujudkan pernikahan dengan temannya suatu saat nanti.
Namun motivasi itu seharusnya dapat disandingkan dengan semangat bagi orang-orang yang belum berhasil dalam hidup, untuk kembali berharap dan mewujudkan keberhasilan hidupnya di suatu saat. Karena tidak ada yang mustahil di dunia ini, kecuali wanita yang tidak selalu benar dan minta maaf duluan. Katanya