Katanya investigasi itu artinya penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan dalam arti kata lain bisa sepadan dengan penyidikan. Siang tadi saya makan di warteg yang terkenal harganya paling “mahasiswa” se-jagat geger kalong. Aku ambil tiga lauk sudah termasuk nasi tambah kerupuk sambil pulang ngembat pisang harganya tidak lebih mahal dengan harga jus jeruk di restoran. Sambil makan Teve nya nyetel itu tuh acara investigasi-investigasian itu yang di channel dapet akuisisi sama si anak singkong itu. Acaranya keren, ilmiah dan sangat efektif selaku media masa. Ya asli sangat efektif.
Acaranya kebanyakan menguak tentang betapa bahanya kehidupan anak-anak Indonesia sepulang sekolah, terutama anak-anak golongan menukik kebawah. Yap kebanyakan yang dibahas tentang jajanan berbahaya, minuman berbaya, jajanan pasar berbahaya baju pasar malam berbahaya dan sebagainya. Tapi tau gak kenapa saya sebut sangat efektif selaku media masa? Karena sepemahaman penulis, media itu makin hebat kalo bisa mutar balik fakta, yang salah keliat bener, yang biasa aja jadi booming, yang besar nampak kecil itu baru media udah jago.
Sambil makan nasi itu si aku ngedengerin cuap-cuap pembawa berita investigasi, katanya cilok makanan berbahaya! Oh my god dalam hati aku bilang, lah memang siapa juga yang suka makan cilok pinggir jalan? Kalau anak-anak se-nusantara ini uang jajan nya diatas 15 ribu sehari, aku yakin tak satupun dari mereka yang jajan cilok murah. Kalau mereka semua sudah kenyang di rumah karena ibunya kebeli nasi, aku bisa jamin tukang jajanan anak pada gantung grobak dagang semua tenda pensiun.
Tak ada yang benar-benar cinta makanan— maaf — murahan itu. Aku, anak-anak kecil, isal, adikku, adit temennya adikku, dan semuanya, kalau bukan karena uang saku kami dangkal, mana mau kami beli itu semua, kalau saja uang saku-ku, anak-anak kecil, isal, adikku, adit, teman isal, adikku semua pasti jajannya yang agak bagusan, minimal yang ada bungkusnya, ada mereknya ada cap halal-nya ada cap BPOM nya.
Oke lanjut ke suap demi suap nasi yang kumakan dengan berteman sajian “ilmiah” acara investigasi itu. Katanya “awas siomay dengan ikan busuk”
“satu orang yang bikin ulah, yang kecipratan bangkrut semua tukang somay.” Owner warteg sendiri yang ternyata menimpali. Aku bisa melihat raut wajah kesal atau geram dan mungkin gemes.
Benar juga apa katanya, bisa jadi sajian “ilmiah” itu benar kalau ada penjual makanan yang licik dengan dagangannya. Tapi apakah semuanya? Pernahkah terpikir oleh orang-orang di balik layar itu untuk membuat investigasi terhadap “bahaya acara musik pagi” atau “bahaya tukang beer pinggir jalan braga” atau “bahaya minuman soda kalengan?” oke aku paparin satu-satu ya.
Bahan cilok aku kasih tau sama kamu, kalo mau makan cilok yang ada bahan apanya gitu, terus sorenya kamu main bola di bawah jembatan layang atau di sawah yang sedang gersang lantas keluar keringat se keringat-keringatnya keringat aku yakin itu si bahan apanya gitu pasti kebawa keluar. Aku mencoba sedikit membela mustadh’afin.
Kamu tau kenapa ada pengharaman buat khamr? Kenapa sebelum shalat jangan mabok? Kenapa kalo kamu mabok bisa dilacak lewat tes urin meskipun itu sudah 24 jam? Kenapa yang pernah pake obat bisa dilacak lewat tes urin? Padahal sehari bisa ngeluarin urin berapa kali coba itung! Bahaya kan? Lebih bahaya dari cilok ber-pengawet kata aku mah.
Next, acara musik pagi, kenapa gak di investigasi? Apa karena pemasukannya begitu “kaharti” buat orang di balik layar media? Acara musik pagi yang sewa-menyewa penonton muda-mudi itu sangat berbahaya, tidak akan hilang keburukannya lewat main bola di bawah jembatan layang sekalipun berkeringat sampe keluar darah. Apa yang dipertontonkan? Cinta-cintaan antara pembawa acara yang dibuat-buat itu kah? Musik? Tidak! Sama sekali tak ada yang dipertontonkan. Bayangkan itu anak muda apa tidak sekolah? Kalau toh sudah lulus, apa mereka tidak kerja mencari uang? Oh jangan-jangan karena nonton musik pagi dapat uang lantas kau bilang itu mata pencaharian? Hancur sudah. Memalukan dunia persilatan saja.
Yah intinya mungkin karena pasca reformasi dekomrasi kita kebablasan. Tak ada rem yang bisa menghentikan labilnya media, tidak ada haluan yang menjadi tujuan bersama media. Yang penting dapat uang yang penting ada pemasukan yang penting rating tinggi tak peduli akan bahaya yang mereka buat lewat acara itu sudah membunuh manusia lemah dan membiarkan setan terus mengangkang di jalan. Di braga, di jalan yang orang bandung banggakan, terhitung tiga toko yang secara terang-terangan berkata “mari sini, aku jual minuman keras” hurufnya menyala oleh sorotan lampu didalamnya, tak kenal malam tak kenal siang. Tua-muda pasti bisa membacanya, Belum lagi karaoke esek-esek beserta tempat biliar yang disponsori oleh Heineken. Tolong investigasi, apa hubungannya yang main biliar dengan minum Heineken? Apa tidak bisa sambil main biliar minum bajigur? Ieu bandung, sanes California. Globalisasi harus diseimbangi dengan sense of belonging ka lemah cai sorangan. Maaf ngelantur. Selamat malam selamat hari pendidikan.