KALEM.ID – “Karena pada akhirnya, perempuan bukanlah pelengkap. Ia adalah pasangan sempurna bagi laki-laki untuk tetap berdiri tegap”
Tidak ada manusia yang dilahirkan dengan pilihannya sendiri. Ia datang ke dunia dengan membawa bekal dan potensi yang dianugerahkan oleh Tuhan tanpa ia pilih, termasuk jenis kelamin. Bukan berarti kita harus menyesalinya. Justru kita harus rida dan bersyukur, serta memahami bahwa orang lain pun sama.
Perempuan bukanlah manusia nomer dua. Tidak ada kedudukan hirearki antara laki-laki dan perempuan. Mereka diciptakan setara, hanya peran-peran tertentu secara biologislah yang membedakannya. Bukankah Tuhan menilai manusia dari akhlaknya?
Stigma kebanyakan masyarakat yang memandang perempuan lebih rendah dari laki-laki berasal dari kebudayaan zaman dulu yang tidak baik. Pandangan itu berefek pada kecenderungan perempuan yang pasif.
Dalam konteks memilih pasangan hidup contohnya. Banyak dari kita yang menganggap bahwa perempuan hanya harus menuruti ayahnya (walinya) dengan alasan bahwa yang berhak menikahkan adalah walinya itu.
Bagi perempuan yang dibesarkan oleh ayah yang demokratis, mungkin ayahnya itu akan memberikan opsi. Ini atau itu. Kalau yang ini, ya atau tidak. Tapi jika ayah tersebut berwatak cenderung otoriter, pilihan tersebut akan hilang. Pokoknya harus ini. Titik.
Pandangan di atas membuat perempuan tersandra. Ia merasa tidak memiliki kebebasan untuk menentukan calon imamnya. Fenomena ini tidak adil. Rumah tangga membutuhkan kerjasama antara suami dan istri. Maka, laki-laki atau pun perempuan berhak memilih orang yang akan diajak bekerjasama.
Ketika perempuan mencurahkan isi hati dan mengungkapkan ketertarikan kepada seorang laki-laki, itu sah. Dan hal itu tidak salah. Tidak akan berkurang martabat seorang perempuan ketika ia menyatakan cinta. Rasa cinta diberikan oleh Tuhan kepada semua orang, bukan hanya laki-laki.
Sebaliknya, selain memilih, laki-laki pun berhak menerima dan mengatakan ya atau tidak ketika mendapat pengakuan cinta dari seorang perempuan. Ia tidak perlu merasa sombong, jawablah perasaan perempuan tersebut dengan santun. Jika ya, kenalilah, datangi orang tuanya, dan segera halalkan. Jika tidak, tolaklah dengan baik, agar tidak ada hati yang tersakiti.
Karena pada akhirnya, perempuan bukanlah pelengkap. Ia adalah pasangan sempurna bagi laki-laki untuk tetap berdiri tegap.