Sebab ada Inbox di Kebumen, aku jadi pengin membahas musik dari segala sisi yang aku tahu. Musik dari segala pro kontra tentang hukumnya tetapi yang pasti memang musik bisa membuat hati semakin gembira. Ada musik dangdut yang bikin kita bergoyang, ada musik pop yang mendayu-dayu, ada musik rock yang membuat kita berasa keren, ada musik campursari yang membuat adem pikiran, ada musik keroncong yang membuat kita berasa klasik, ada musik EDM yang bikin ajip-ajip, ada musik metal yang membuat kita moshing, ada musik gamelan yang berasa kita njawani dan berbagai musik lainnya.
Jika kita hanya tahu musik lewat televisi dan medsos mainstream, pastinya kita hanya mengenal band-band major lebel yang itu-itu saja. Paling banter ada Noah, Ungu, Nidji, D’massiv, D’bagindas dan band major lainnya. Ada juga band terkenal yang legendaris seperti Slank dan Iwan Fals yang keberadaannya mungkin sulit tergantikan. Kita mungkin tidak akan mengenal band-band indie rasa internasional seperti The Sigit, Burgerkill, Mocca, Sore, Efek Rumah Kaca, Jirapah, Komunitas Penerbang Roket dan Payung Teduh.
Terlepas dari menjamurnya band-band pendatang baru era 2000-2015 kini harus mengakui band mulai sedikit redup alias susah untuk bersaing. Ada apa? Padahal era-era tahun tersebut kita bisa melihat setiap hari muncul band-band baru. Siapa yang salah? atau ada penggiringan supaya musik harus seirama, itu-itu saja?
Kehadiran Inbox, Dahsyat, Breakout dirasa bisa membuat promosi band-band yang ingin tampil di layar kaca. Tetapi lambat laun acara-acara itu tambah bikin basi saja, program musiknya dikurangin sedangkan ketawanya dibanyakin. Terutama Dahsyat, jujur aku menyangka program ini kini malah bukannya menjadi ajang promosi musik malah membuat musik itu menjadi kurang bermutu. Cuman Inbox dan Breakout yang masih memegang hasrat untuk kembali menegakan panji musik dengan caranya masing-masing. Breakout dengan sisi penyiaran yang memukau sedangkan Inbox menggunakan promosi ke daerah-daerah guna sebagai ajang promosi musik.
Terlepas dari apakah kurang lakunya program itu di Jabodetabek sehingga akhirnya mencari pasar ke daerah-daerah tetapi setidaknya itu bisa membikin mbungah masyarakat daerah. Terutama masyarakat Kebumen kotaku. Lihat saja bagaimana membludaknya penonton yang hanya ingin menonton Uya kuya Cs.
Dari semua aliran musik, dangdutlah yang nyatanya bisa bertahan sampai sekarang. Artinya memang musik dangdut dirasa mewakili masyarakat kita. Dari era Rhoma Irama, Ike Nurjanah, sampai yang baru-baru Via Vallen, Nela Karisma, Tasya Rosmala yang besar lewat Orkes Melayu. Setidaknya masyarakat kampung pasti mengenal Om Palapa, Om New Palapa, Om Sera, Om Pantura dan orkes melayu lainnya.
Band-band punk ala Superman Is Dead, Endank Soekamti yang mengaku tidak punk, Marjinal dan lainnya memang suaranya tidak didengar kaum tua tetapi oleh anak-anak muda yang antimainstream justru mereka menjadi pilihan utama selera musik. Terlepas dari itu untuk gagahan semata atau memang memiliki kecenderungan konsep tujuan bermusik yang sama.
Perkembangan musik tahun 2000-2015 bisa dibilang didominasi oleh band-band pop dan melayu. Lambat laun band-band tersebut mulai tersingkir walau lagunya masih terdengar hingga sekarang. Musik EDM justru malah kini bersinar kembali. Terlepas itu dari yang katanya musik orang-orang yang mabuk tetapi ini menarik artinya sejauh mana musik EDM ini bisa bertahan. Sedangkan dangdut sudah seperti diambil hati oleh masyarakat. EDM hanya dimiliki kawula muda itupun kawula muda yang metropolitan saja.
Dan dari semua aliran band, aku menyukai musik apapun alirannya. Dalam artian aku bukan orang yang hanya menggilai satu unsur musik saja. Walau begitu jika dipilih untuk memilih band terbaik aku menjatuhkannya ke band asal Bali yakni Superman Is Dead. Musiknya yang ngePunk rasa Rock n Roll dirasa pas sesuai selera dan moodku. Hanya saja kebiasaan Mabuk mereka, tidak perlu dicontoh dan ditiru. It’s only about music man!
Pertanyaannya, kamu melihat kualitas musiknya atau ngikutan arus semata? Musik dijadikan ajang alias pelampiasan mood atau menikmati musik dengan sentuhan vinyl atau tape recorder. Atau masih memakai smartphone, Walkman atau DJ. Bagiku menikmati musik lewat vinyl adalah yang terkeren meskipun aku juga belum memiliki satu vinylpun. Semoga hari-hari kita semakin indah dan tercerahkan dengan kehadiran musik. Asal jangan sampai musik itu membuat kita lupa waktu dan kewajiban lho ya.