Petuah Bagi Bapak-Bapak yang Punya Keinginan Resign

Keinginan resign

Bapak-bapak mungkin pernah mengalami hari yang berat dan sumpek karena pekerjaan, berujung pada keinginan untuk resign. Teruntuk bapak-bapak yang budiman, merasa kesal dalam bekerja itu adalah hal yang wajar, tetapi keinginan resign itu perlu ditakar matang-matang. Selain bisa jadi ia hanya nafsu sesaat, ia juga mempertaruhkan hajat orang banyak. 

Bapak-bapak adalah tulang punggung keluarga, ingat pak, menghidupi anak dan istri itu jihad yang utama daripada mengejar passion. Keinginan resign harus didasari berbagai alasan yang kuat. Jika bapak hanya emosi sesaat dan sama sekali belum punya rencana setelah resign, sebaiknya bapak buang keinginan resign itu jauh-jauh. 

Photo by Brenner Oliveira: https://www.pexels.com/photo/young-man-in-cardigan-standing-by-old-fashioned-lumber-car-standing-in-town-street-10151830/

Bos yang goblok, gaji yang kecil tapi cukup, serta lingkungan kerja yang toxic itu masih bisa diwajarkan selama tagihan bapak tercukupi dan anak istri tidak kekurangan. Buatlah batas toleransi bapak sendiri. Katakanlah batas toleransinya adalah lancarnya gaji dan tunjangan. Jadi biarlah bos yang goblok itu tetap ada, tetapi kehidupan masih tercukupi. Jika gaji juga ternyata telat dan dipotong, maka telah absah-lah alasan bapak untuk resign. Jika tidak begitu, tutup lagi keinginan resign itu. 

Atau batas toleransinya adalah jabatan yang tidak naik dalam 2 tahun. Maka jika hal itu tidak terjadi dan bapak memutuskan untuk resign, hal itu juga bisa dipahami. Sekali lagi, jika batas toleransi itu tidak tertembus sama sekali, buang keinginan resign itu. 

Berikutnya, rencana bapak ketika hendak resign haruslah matang. Siapkan dana untuk hidup beberapa lama supaya bapak bisa matang dalam beralih ke sumber penghasilan yang lain. Yang saya obrolkan adalah bapak-bapak ya, terutama bapak muda yang kariernya belum stabil. 

Perjelas tujuan resign bapak, katakanlah bapak ingin mulai usaha, ingin pindah ke tempat yang gajinya lebih besar, atau ingin freelance misalnya. perencanaannya harus jelas. Banyak yang terjerumus pada fase ini. Mengikuti keinginan resign untuk berbisnis, eh ternyata naluri dan skill tidak mumpuni, ambyar seluruhnya, bahkan tidak jarang rumah tangga ikut jadi korbannya

Pahami terlebih dahulu diri bapak. Jika bapak memang punya bakat entrepreneur, sebaiknya diasah pelan-pelan sejak sebelum bapak resign. Karena dunianya amat sangat berbeda pak. Jangan dibayangkan itu entrepreneur bisa punya banyak waktu luang, santai di pantai sambil minum susu soda gembira. 

Entrepreneur yang begitu mungkin ada, tapi biasanya yang sudah sukses banget, sisanya ya bingung muterin modal, biaya iklan tidak nutup, serta perang harga. Jadi pastikan dulu bapak mengerti sebelum mengikuti keinginan resign. 

Coba perhatikan kembali lingkungan sekitar bapak. Apakah yang memiliki keinginan resign hanya bapak atau banyak orang. Kalau katakanlah ada 5 orang yang punya keinginan resign dari berbagai departemen, bisa jadi tempat kerja bapak yang memang bermasalah. Namun jika cuma bapak, mungkin perlu kembali membaca ke awal paragraf tulisan ini. 

Terakhir pak, pastikan bapak punya hati yang ikhlas. Keinginan resign yang dibarengi dengan alasan yang tepat akan melahirkan jiwa optimis. Jiwa yang optimis itu yang akan mempermudah bapak melanjutkan tahapan selanjutnya. Hati yang ikhlas itu yang akan menemani hari-hari bapak mewujudkan harapan bapak sendiri. 

Bagi bapak-bapak muda, ini mungkin waktunya untuk menstabilkan karier. Namun, tidak harus selalu begitu pak, ada yang baru memulai apa yang menjadi takdirnya, dan ada juga yang merasa harus terus bertahan karena banyak hal yang harus dipenuhi. 

Apapun itu, kami doakan bapak-bapak memiliki kekuatan yang tangguh untuk melewati seluruh proses hidup ini agar tidak gampang rapuh dan lemah. Karena bapak, bagaimanapun juga memang harus bisa mengangkat diri dan keluarga bapak sebaik mungkin.