PKI Reborn (Sebuah Esai Tentang PKI dari Pandangan Orang Ngawur)

kirigarakure-breakpos.com

Tanggal 30 september tahun ini, entah kenapa begitu gaduh. Meski sebetulnya tiap bulan dalam kalender masehi di negara kita selalu saja ada topik yang mampu membuat semua orang menjadi latah dalam bergunjing.

Tak pandang profesi, mulai dari yang ahli sampai bau terasi (kuli di pabrik terasi), pasti mengomentari topik yang sengaja dihembuskan media ke dalam telepon pintar yang dimiliki insan bumi pertiwi. Entah siapa yang merauk keuntungan yang jelas paket data untuk stalking mantan jadi habis buat baca berita yang isinya menggaduhkan.

Media elektronik seperti breakpos.com juga pasti akan menerima penulis dengan konten yang sedang hits di jagad maya demi mendulang jumlah pembaca. Namun, itu tidak jadi masalah selama yang ditulis bukanlah dusta seorang kekasih yang sedang mendua dipojokan kampus dengan selingkuhannya sambil berciuman mesra.

Kampus sekarang jadi tempat prostitusi gratis yang menawarkan sensasi mendebarkan saat bercinta karena butuh strategi Pasal 378 agar tak ketahuan pihak keamanan. Hal ini semarak karena mahasiwanya sudah tak lagi mengisi ruang-ruang kampus yang luas dengan diskusi perlawanan pada kebijakan yang tidak sejalan dengan kebutuhan rakyat.

Kembali pada isu yang sedang hangat saat ini, tadinya saya juga ingin menulis tentang PKI yang konon katanya bangkit dari kuburnya dan jadi zombie yang siap melahap negeri kita. Anggota PKI yang hidup saja sudah mengerikan, sebagaimana yang difilmkan dan sedang ramai ditonton bersama. Apalagi yang sudah jadi zombie alias hantu. Hii ngeri

Karena menakutkan, saya tidak jadi menulis soal PKI, bukan tak ingin, tapi khawatir penulis lain sudah membuat esai soal ini dan menyebabkan esai saya ditolak breakpos.com, ah sedih sekali rasanya ditolak. Ampun baper

Ditambah saya tak tahu banyak soal PKI, “apa sebetulnya PKI?”, “apa hubungangan antara PKI dengan HTI?”, “mengapa PKI dan HTI dibubarkan?”, “apakah karena sama-sama berakhiran huruf ‘i’?” Ah sial, saya jadi penasaran. Karena penasaran, terpaksa selingkunan ditinggal demi ikut dalam dialog-dialog yang membedah permasalah PKI.

Membaca kembali tulisan yang berkaitan pada konten yang sama dan stop. Ya, aku akhirnya berhenti karna banyaknya sumber dan terlalu beragam versi mengenai PKI. Film kartun, jika terlalu banyak versi, jatohnya jadi ga rame. Makanya saya berhenti sebelum kehilangan minat pada PKI.

Kecerdasan yang diberikan Tuhan pada setiap manusia akan saya pergunakan. Semoga saja saya termasuk ke dalam spesies manusia, sehingga memiliki kecerdasan yang bisa dipergunakan untuk menarik sebuah kesimpulan akhir tentang PKI.

Jadi menurut saya PKI adalah sekelompok orang yang senang menggunakan palu dan arit saat bekerja. Mereka memalu apa saja, ada balok kayu, bambu dan lain sebagainya untuk dibuat rumah. Mereka juga menggunakan arit untuk mengarit apa saja seperti padi, rumput dan lain sebagainya untuk dibuat makanan.

Namun sayang, palu dan arit yang digunakan anggota PKI adalah milik Zabuza dari desa Kirigarakure. Dimana palu arit tersebut merupakan bagian dari tujuh senjata desa yang paling berbahaya dan akan semakin tajam jika terkena darah.

Setelah mengetahui hal ini, kepala anggota PKI dan beberapa anggota lainnya melakukan pembunuhan guna memperkuat palu dan mempertajam arit dengan darah manusia yang telah  mereka bunuh. Alih-alih mempercepat pembangunan rumah dengan perkakas palu yang kuat dan arit yang tajam, tentu saja pembunuhan tidak bisa dibenarkan.

Orang-orang tradisonal di pesantren yang menjadi korban pembunuhan, tak mungkin membuat kaum sarungan jadi tinggal diam. Pasti akan ada aksi bela diri dimana pelaku pembunuhan harus mendapat hukuman.

Kondisi yang chaos, diperburuk dengan kabar tujuh Jenderal angkatan bersenjata yang menjadi korban keganasan palu arit. Hal tersebut menjadi dasar yang kuat bagi angkatan bersenjata melakukan pembersihan, seperti yang dilakukan militer myanmar kepada etnis Rohingya.

Tidak peduli etnis tersebut bersenjata atau tidak, selama mereka menyandang nama Rohingya mereka harus digenosida. Pun dengan angkatan bersenjata saat itu, tanpa proses peradilan satu-persatu, siapapun yang memegang palu arit ditangannya, mau itu berasal dari desa Kirigarakure atau bukan, semuanya wajib ditanam dalam tanah.

Seperti tersapu badai atau tsunami, PKI lenyap bukan tanpa sebab. Kini ia menjadi rumor, cerita, atau bahan diskusi mahasiswa yang benci atau bahkan yang penasaran. Jadi, mau hantu atau zombie yang bangkit dari kuburnya, apa pun sebutannya. Yang jelas PKI adalah bagian sejarah kelam bangsa ini.

Ia akan meng-abadi tak terhapus di setiap generasi. Selama bangsa ini ada, selama itu pula PKI akan dikenang entah dengan cara apa masyarakat mengenangnya.

Baik, dalam akhir esai ini akan ada sebuah pertanyaan yang apabila anda mampu menjawab, akan ada hadiah menarik menunggu anda. “Ada berapakah kata yang berakhiran huruf ‘i’ dalam esai ini?” Kirimkan jawaban anda ke redaktur breakpos.com dan dapatkan hadiahnya. Hater nuhun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.