KALEM.ID – “Orang tua selalu ingin jadi pahlawan bagi anak-anaknya, namun nyatanya lebih sering jadi racun bagi mereka.”
Pada bulan November tahun 2017, Walt Disney merilis film animasi terbarunya, dimana film tersebut mengangkat latar belakang tempat dan budaya Meksiko. Film yang diprakarsai oleh penulis skenario Toy Story 3 Adrian Molina ini sukses menyabet dua penghargaan sebagai film animasi terbaik Oscar 2018 dan Golden Globes, New York Film Critics Circle.
Sebagaimana film animasi buatan Disney lainnya, dari segi desain animasi, Coco tidak ada bedanya dengan kebanyakan animasi lain, justru animasi Coco cenderung lebih kolot dan simpel. Tapi, letak keistimewaan film ini bukan pada animasi atau desain grafisnya, melainkan pada alur cerita yang sulit sekali bisa ditebak.
Keistimewaan film Coco terletak pada skenario dan alur cerita, script writer berhasil membuat naskah yang memunculkan unsur kritik terhadap budaya kebanyakan keluarga di dunia. Meski cerita awalnya disebabkan dari patah hati Mama Imelda, namun justru disanalah Adrian Molina menciptakan inti dari film Coco ini, Cinta.
Musik yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Meksiko menjadi sesuatu yang dikambinghitamkan dalam film Coco. Jadi, Adrian Molina mencoba untuk menyampaikan bahwa kesalahannya bukan pada musik yang menyebabkan Hector (suami Mama Imelda) pergi, namun ia mencoba mengungkap kepergian Hector melalui Miguel keturunan ke lima keluarga Mama Imelda.
Peran Miguel, anak berusia 12 tahun tersebut memang terlihat seakan tokoh utama dalam film yang disutradarai oleh Lee Unkrich ini, namun mengapa judul filmnya tidak Miguel? Itulah karena Miguel hanya tokoh pemandu cerita Coco. Miguel diciptakan untuk mengungkap maksud dari Adrian Molina, yakni misteri di balik siapa sebenarnya suami Mama Imelda, dan mengapa ia pergi lalu tidak pernah kembali?
Selain sukses menciptakan atmosfer keluarga Mama Imelda yang terlalu sakit hati berlarut sehingga harus mendoktrin keluarganya secara turun temurun untuk membenci musik dan beralih ke produksi sepatu, film ini juga sukses membuat penonton menyangka bahwa buyut dari Miguel adalah Santa De La Cruz gambaran seniman musik tersukses di seantero dunia.
Orang tua selalu ingin jadi pahlawan bagi anak-anaknya, namun nyatanya lebih sering jadi racun bagi mereka, begitulah kata Puthut EA. Pun halnya dalam cerita Coco, Mama Imelda tak merestui jika ada keturunannya yang bahkan hanya menikmati musik. Tapi Miguel tanpa tedeng aling-aling nekat untuk mendobrak tradisi keluarganya sehingga ia berkesimpulan bahwa keluarganya salah dan ia mesti pergi sendiri mengejar kesempatannya untuk jadi seniman musik.
Dalam perjalanan cerita Miguel saat akan mengejar impiannya itu, Miguel dipertemukan dengan dunia arwah. Seperti film animasi lainnya yang sarat akan unsur imajinasi, film Coco pun berhasil menciptakan imajinasi yang baik tentang gambaran hidup setelah mati tanpa menimbulkan perdebatan panjang.
Di dalam dunia arwah yang digambarkan itu, arwah atau ruh seseorang akan lenyap jika sudah tidak ada lagi satu pun orang di dunia yang masih mengenang si almarhum. Scene ini mengandung pesan sederhana tentang bagaimana narasi kenangan bekerja untuk keabadian.
Saya sangat setuju film ini dinobat sebagai film keluarga terbaik sepanjang tahun 2017, karena selain dari menyadarkan peran orang tua yang sangat krusial bagi anak-anaknya, film ini hendak menyampaikan pesan bahwa tidak ada hal di dunia ini yang lebih penting dari keluarga.
Memang, awalnya Adrian Molina menciptakan narasi dimana penonton akan menyalahkan dan geram kepada suami Mama Imelda yang pergi meninggalkan keluarga demi karirnya di dunia musik. Tapi justru sebalikya, bagi seorang seniman musik sejati, musik menyadarkan Hector untuk tidak alfa pada dunia di sekitarnya apalagi keluarga, bagi Hector musik adalah unsur yang harus mengingatkan.
Sebagaimana Original Sound Track-nya, film Coco memperkenalkan lagu yang amat menyentuh dengan judul “Remember Me” dimana lagu tersebut merupakan salah satu unsur penting dalam film ini. Karena Coco merupakan film musikalisasi, jadi wajar saja jika setiap pergantian alur cerita, film ini selalu berdendang alias bernyanyi.
Di akhir cerita, kita akan tahu bahwa Coco atau ibu dari neneknya Miguel adalah anak dari Hector dan Mama Imelda yang ditinggalkan sejak kecil oleh Hector untuk merantau mencari peruntungan nasib menjadi artis terkenal. Namun yang mengejutkan adalah ketika kita tahu bahwa lagu Remember Me bukanlah lagu yang diciptakan Hector untuk dunia, melainkan untuk Coco.
Narasi tersebut berhasil membuat beberapa penonton sadar dan bahkan menangis tatkala tau bahwa kebanyakan orang berusaha menciptakan karya untuk ditujukan kepada para fans, follower atau bahkan kepada dunia. Tapi, Adrian Molina ingin menyatakan bahwa karya yang baik dan dikenal dunia adalah karya yang sebenarnya diciptakan khusus untuk seseorang di hati si empunya karya.
Coco-lah inti dari film ini, bahwa Hector pergi, Mama Imelda membenci musik dan Miguel berusaha melawan arus tradisi demi menjadi seorang seniman musik seperti Santa De La Cruz. Semua scene tentang itu bermuara pada satu ending bahwa Coco adalah anak yang sangat disayangi ayahnya (Hector), dan menjadi orang pertama yang mendengarkan lagu Remember Me. Kenapa? Karena Coco adalah orang yang dimaksud Hector dalam lagunya, Remember Me.
Terakhir, langkah-langkah agar kalian bisa tonton film ini secara kaffah, Pertama download filmnya, pastikan download sampai selesai dan jangan terburu-buru. Kedua buka filenya lalu siapkan tisu, pergunakan tisu itu dengan sebagaimana mestinya. The last step is stay cool and keep kalem.