KALEM.ID – “Sebuah Puisi”
Aku bersajak dan mengajak dalam jarak yang terus bergerak
Aku bercerita soal berita cinta dan derita
Tertanam dalam rasa jiwa dan dunia fana
Hati indera hakiki beriringan dengan mata indera fana
Cintaku bentuk sujud pada wujud dan jasad yang zuhud
Aku bersajak dan mengajak dalam jarak yang terus bergerak
Cintaku memang jatuh pada tubuh yang tak jauh
Menjadikanku utuh dan tumbuh dalam tubuh tanpa keluh
Mejadikanku mengerti akan nilai yang tumbuh dan utuh
Aku bersajak dan mengajak dalam jarak yang terus bergerak
Aku tak seperti mereka, kuat berjam-jam mengucap tasbih
Aku tak seperti mereka, kuat bertahun-tahun memandu kisah dengan rapih
Aku tak seperti mereka, mampu membangun kasih dengan fasih
Aku hanya berusaha membangun kisah kasih dengan tasbih fasih nun rapih
Aku bersajak dan mengajak dalam jarak yang terus bergerak
Usahaku tak semerah mega diujung barat langit Jogja dikala senja
Upayaku tak seramah sapaan pembuka di hotel Surabaya dikala tiba
Bahkan, aku masih kerap marah seperti di rumah
Tatanan tuntunanku yang mampu menjadi jalan akhir yang ramah bak orang rumah
Aku bersajak dan mengajak dalam jarak yang terus bergerak
Aqidahku tak sejelas bunyi
Ibadahku masih sunyi
Lantunanku tak seindah biduan jakarta bernyanyi
Harapanlah, membuatku mampu dan mau meniti jalan sunyi tersembunyi
Komitmenlah, membuatku mampu dan mau meniti lorong-lorong hati
Aku bersajak dan mengajak dalam jarak yang terus bergerak
Aku menangis ketika tersesat sesaat dalam hutan tanpa hujan
Aku terbingung pucat bak cacat dalam hujan tanpa Tuhan
Aku terasa akan tinggal tanpa tanggal
Aku terasa tanggal hingga lupa tunggal
Aku bersajak dan mengajak dalam jarak yang terus bergerak
Rambut lembut, kebanggan tatkala masih berdenyut
Rambut lembut, pembeda tatkala mulai surut
Rambut lembut, pemisah segerombol kabut
Rambut lembut, penanda hanyut dalam lutut yang takut
Rambutku lembut, rambut kita lembut, ketika denyut meski takut ada menuju kabut di masa surut
Yogyakarta, Mei 2018