KALEM.ID – “Kisah ini tidak seseram gambar di atas. Relax, santai dan nikmati saja bacaannya gaes”
Bulir hujan menetes menyelimuti kota seusai matahari tenggelam di kaki barat. Sesekali langit mengeluarkan cahaya, guntur menggema memekakkan telinga. Suasana terus seperti demikian, tidak berubah. Semakin malam kota diguyur hujan lebih deras. Aku menghabiskan waktu membaca novel. Boleh jadi dalam suasana hujan, membaca adalah pilihan yang tepat.
Aku mengisi malam itu dengan membaca novel. Hujan tak kunjung reda. Malah tetesannya yang jatuh berirama, membuatku semakin antusias untuk melahap lembaran novel yang aku pegang. Setelah beberapa jam berlalu, deras hujan berganti menjadi gerimis. Dentingan jam dinding mulai terdengar menambah suara di langit-langit kamarku. Aku memeriksa, ini sudah pukul sepuluh malam. Waktu bergulir begitu cepat, tidak terasa aku membaca novel dan sekarang sudah hampir larut malam.
Aku beranjak dari kursi dan meja belajarku menuju kasur, bersiap-siap pergi tidur. Aku harus bangun pagi besok. Setelah dua hari di luar kota, ayah dan ibuku akan pulang besok. Aku harus menyambut mereka dengan baik dan jangan sampai bangun kesiangan.
Setelah dalam posisi sempurna untuk tidur, aku teringat pintu depan rumah belum dikunci sepulang dari sekolah. Aku bangun dari posisi terbaring, keluar kamar menuju pintu depan rumah. Terkunci sudah, aku berbalik, tanganku masih memegang kunci yang tertanam di pintu. Sesaat aku mendengar suara wanita menangis dari kejauhan, suaranya samar-samar tertutup suara gerimis dari luar.
Selagi menyadari suara tangisan wanita itu sekilas bayangan putih masuk ke kamarku. Hei! Siapa itu? Beraninya dia masuk ke kamarku. Melihat itu, aku berlari kecil di dalam rumah menuju kamarku.
Tidak ada siapapun, aku memeriksa setiap sudut ruangan bahkan sampai bawah kasur tidak ada seorang pun di kamarku. Sepuluh menit berlalu, aku memeriksa setiap ruangan tidak ada siapa pun selain diriku di rumah ini. Sial, waktu tidurku terpotong karena seseorang yang aku tidak tahu siapa itu dan kemana dia pergi.
Aku kembali ke kasur nyamanku, dalam posisi terlentang, ku tarik selimutku yang berada di bawah kaki. Posisiku sudah sempurna kembali untuk tidur. Lampu kamar sengaja dimatikan setiap aku akan tidur, itu kebiasaanku. Kamarku hanya menyisakan cahaya yang masuk dari sela-sela jendela dan ventilasi, walaupun di luar gerimis namun bulan masih bersinar.
Sesaat sebelum tidur aku menatap langit-langit kamarku, masih memikirkan bayangan putih tadi. Lima menit lagi berlalu, bayangan putih itu benar-benar membuat waktu tidurku terpangkas. Baiklah tidak perlu dipikirkan kembali. Setelah itu aku memejamkan mata berusaha untuk tidur.
Baru beberapa detik aku memejamkan mata, suara menangis yang ku dengar di ruang tamu terdengar kembali, namun sekarang suaranya lebih keras. Suaranya terdengar dekat sekali, seperti wanita menangis itu ada di kamarku. Mataku masih terpejam dan berusaha menghiraukan hal tersebut karena aku ingin segera tidur. Tetapi suara tangisan wanita itu terdengar lebih kencang dan kencang, seperti seseorang yang membutuhkan pertolongan.
Baiklah tidak ada pilihan lain selain bangun dan mencari tahu siapa yang sebenarnya menangis. Seketika aku membuka mataku. Astaga! Lihatlah bayangan putih yang ku cari-cari tadi menampakkan dirinya. Dia melayang di langit-langit kamarku, menatap lurus padaku. Pupil mataku membesar melihat dan menyidik sosok tersebut. Pakaiannya putih, wajahnya tertutup oleh rambut hitamnya yang mengurai panjang. Sontak aku kaget dan segera memejamkan mata setelah beberapa detik melihat sosok putih itu, kejadiannya begitu cepat namun terasa begitu lama.
Dalam keadaan mata terpejam aku berpikir. Jelas tidak ada manusia yang dapat terbang atau melayang-layang di udara. Sudah pasti itu hantu! Aku menyimpulkannya demikian, dengan keadaan seperti ini mana bisa aku berpikir jernih. Kamarku lengang, menyisakan suara gerimis dan dentingan jam. Saat barusan aku membuka mata, suara tangisan wanita itu hilang, malah sosok putih yang melayang menampakkan diri menatapku.
Aku memberanikan diri membuka mata kembali, belum habis rasa kagetku setelah aku membuka mata sosok putih itu menghilang di langit-langit. Aku terduduk, memeriksa setiap sudut ruang kamar, tidak ada siapa pun. Pintu dan jendela masih tertutup rapat, jika sosok itu hendak keluar kamar suara pintu atau jendela akan terdengar, tapi ini tidak. Lengang sejenak, gerimis mulai reda di luar sana. Aku berhitung, berpikir cepat, sebaiknya aku lebih baik tidur dan memikirkan kejadian barusan besok hari.
Dari tadi aku sudah mengantuk, sampai sosok putih itu mengganggu waktu tidurku. Segera aku berbaring terlentang dan memejamkan mataku. Tidak butuh waktu lama, aku pun terlelap dalam tidurku.
Bersambung…